Dunia Lingga

Pengalaman Liburan Naik Pesawat Membawa Bayi dan Balita


Liburan naik pesawat dengan membawa bayi dan balita pasti terbayang repotnya. Belum lagi membawa tas dan perlengkapan bayi dan balita yang lumayan banyak. Hal ini saya rasakan setelah anak kedua lahir. Dua tangan pegang stroller, tas ransel dan tas perlengkapan bayi.

Pengalaman waktu anak pertama naik pesawat nggak terlalu merepotkan sih, karena hanya bawa satu bayi saja ke pesawat. Sekarang, Arfa (empat tahun) ditambah adiknya Arfa usia 10 bulan jadi tantangan baru juga. Selain itu juga, pertimbangan harga tiket pesawat yang lumayan menguras kantong, kami tentu harus banyak persiapan.

Seperti liburan akhir tahun ini, kami sekeluarga ke Sukabumi dari Klaten. Liburan kali ini sebenarnya juga demi menghadiri pernikahan tantenya Arfa dan Filza di Sukabumi. Sebelumnya waktu lebaran saya sudah membawa si bayi dan balita saya naik pesawat, tapi kok rada males menceritakannya, sudah kecapean duluan. Hehe

 Kami memilih penerbangan dari Bandara Adi Soemarmo ke Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Mengapa nggak ke Bandara Husein Sastranegara Bandung yang lebih dekat ke Sukabumi? Jawabannya karena harga tiket pesawat yang lumayan mahal. Tiket penerbangan Solo-Bandung bisa sampai satu juta lebih, sementara Solo-Jakarta bisa berkurang setengahnya. Lagi pula sama saja nanti sampai Bandung, kami harus naik travel lagi ke Sukabumi dan itu bisa 4-5jam.

Kalau pesan tiket pesawat dari Solo ke Jakarta, saya bisa menekan biaya. Dan Sesampainya di Jakarta bisa naik Damri yang langsung ke Sukabumi, atau naik taksi online turun di Bogor lalu naik kereta selama dua jam ke Sukabumi. Jatuhnya sama saja sih waktu yang diperlukan seperti penerbangan Solo-Bandung.

Nah, yang menjadi tantangan adalah bagaimana mengondisikan si bayi dan balita agar tetap anteng dan tidak cranky di pesawat. Apalagi adik Filza yang masih bayi, kalau lapar sedikit dia bisa nangis melulu, atau kalau kedinginan bisa merengek. Belum lagi, meskipun naik pesawat, perjalanan bisa seharian karena hal-hal tak terduga misalnya pesawat delay.
Alhamdulillah-nya selama di perjalanan di pesawat, damri dan kereta (tiga moda transportasi sekaligus), keduanya cukup kooperatif. Masih ada sih merengek-merengeknya, tapi nggak sampai mengganggu orang lain. 

Meski begitu, memang perlu effort cukup besar sebelum perjalanan naik pesawat membawa bayi dan balita. Berikut ini beberapa hal yang saya lakukan saat membawa bayi dan balita naik pesawat.

1. Membawa barang yang diperlukan saja
Karena liburan panjang bersama bayi dan balita, biasanya semua perlengkapan dibawa. Mulai dari baju model A sampai model Z. Kalau saya, karena liburan di rumah orang tua, saya bawa baju dua stel untuk pergi-pergian. Sementara untuk di rumah orang tua selama dua minggu, saya pinjam daster mamah😆. Ini salah satu cara agar perjalanan liburan nggak terlalu banyak bawa baju.

Sementara baju-baju bayi dan balita, saya bawa yang benar-benar dipakai saja. Nah, salah satu tips juga, saya biasanya menaruh sebagian baju anak-anak yang ukurannya masih cukup besar di Sukabumi. Hal ini dilakukan agar saya nggak terlalu kebanyakan membawa baju dari rumah. Gede sedikit nggak apa-apa sih yang penting nggak sampai kedodoran😂. 

Kalau suami mah nggak usah ditanya, barang bawaan dia minimalis banget. Tinggal pinjem sarung bapak juga jadi. Jadi kalau baju nggak masalah bawa sedikit juga.

2. Membawa perlengkapan bayi dan balita dalam satu tas
Total kami membawa satu koper kecil, tas ransel suami dan tas perlengkapan bayi. Tas koper tentu untuk menyimpan baju-baju untuk dipakai selama liburan. Tas ransel suami untuk ransum makanan dan minuman. Sementara tas perlengkapan bayi mulai dari popok, baju ganto, minyak telon, tisu basah, obat-obatan, mainan dijadikan satu di tas tersebut. Bisa baca lebih lengkap tips liburan bersama si kecil di sini.


Saya juga sengaja nggak pakai jam tangan, jaket dan lainnya yang mengandung logam agar nanti nggak repot buka-buka lagi saat pemeriksaan di bandara. Juga data diri berupa  KTP dan tiket biasanya suami yang pegang sementara saya fokus sama anak-anak. Atau biasanya saya taruh tiket dan KTP di tas yang mudah dijangkau misalnya di tas perlengkapan bayi.

Untuk pulangnya, tas biasanya beranak pinak karena membawa oleh-oleh. Saya akali dengan mempaketkan baju-baju kotor dan barang lainnya yang tidak urgent digunakan. Tentu tujuannya pas pulang liburan kita nggak rempong membawa banyak barang, apalagi oleh-oleh kering. 

3. Bawa gendongan atau stroller yang nyaman
Pengalaman naik pesawat bawa bayi dan balita, membawa stroller malah bikin kita kerepotan sih. Karena kami nggak mempertimbangkan ganti-ganti moda transportasi. Waktu liburan mudik Juni lalu, kami bawa stroller dan manfaatnya malah tidak banyak. 

Setelah check in, stroller dimasukkan le bagasi pesawat which is adik tetap digendong juga. Belum lagi nanti setelah landing, harus menunggu bagasi dulu dan tentunya semakin lama lagi perjalanan. Jadi di liburan kali ini saya cukup pakai gendongan saja.


Jalan di bandara pun nggak jauh-jauh amat karena bandara Solo nggak besar pun di terminal 1 Soetta yang nggak terlalu luas. Mungkin beda kondisi jika teman-teman naik dari terminal 3 Soetta yang luas dan butuh lari-lari kecil menuju ruang tunggu pesawat, agaknya stroller cukup dibutuhkan.

4. Sounding
Memang jadi terdapat dua sisi sih dengan sounding jauh-jauh hari kepada anak. Pertama, si anak akan siap dalam perjalanan karena sudah kita beri tahu bagaimana perjalanannya, medannya, capek-capeknya. Kedua, si bayi dan balita akan nanyaaa terus kapan berangkat liburannya😂😂. Dilema ini sih..haha

Tapi ya sounding memang harus dilakukan sih biar si bayi dan balita ready dalam perjalanan. Misalnya begini kalau ngomong ke si sulung:  "Mas Arfa nanti di perjalanan be nice ya, nggak boleh rewel, kan mau ketemu Abah dan Amih", "Adik nanti nggak nangis ya di pesawat, bobo ya di pesawat. Bunyinya nggak enak adik nenen aja biar bisa bobo ya,," 

Begitu terus saya sounding kalau si kecil lagi nenen. Dan alhamdulillah selama perjalanan nggak banyak masalah. Malah banyak have fun karena Mas Arfa dan Filza jadi melihat hal-hal yang jarang dilihat secara langsung. Apalagi kalau perjalanan di malam hari naik pesawat, kota-kota kelihatan indah, si sulung senang sekali melihatnya.

5. Mencari promo tiket pesawat jauh-jauh hari
Mencari promo tiket pesawat sangat penting banget demi menjaga stabilitas keuangan keluarga, haha. Banyak e-commerce menawarkan tiket murah sih, tergantung pintar-pintar kita memilihnya. Saya mendapatkan harga tiket pesawat yang lumayan bersaing di Pegipegi.com.

Saya pesan benar-benar jauh-jauh hari dari waktu liburan. Sepertinya sekitar satu bulan sebelum liburan bersama si bayi dan balita. Harganya tentu bisa jauh lebih murah dibandingkan harga jika beli dekat keberangkatan. 

Saya pakai aplikasi Pegipegi versi terbaru yang bisa diunduh di playstore. Alhamdulillah dapat promo menarik Gempita (gemerlap promo akhir tahun) dengan diskon tiket pesawat Rp 100.000. Lumayan banget kan ya..

Nah, promo menarik ini hanya bisa didapatkan di aplikasi Pegipegi di iOs atau playstore. Penggunaannya pun cukup mudah. Berikut saya buat sedikit video tutorial cara pemesanan tiket pesawat Pegipegi dengan metode pembayaran Virtual Account.

Nah, bagaimana liburan sahabat Dunia Lingga tahun ini? Punya pengalaman menarik liburan naik pesawat membawa bayi dan balita? Sharing yuk😊





Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Pengalaman Liburan Naik Pesawat Membawa Bayi dan Balita"

  1. Assalamu'alaikum kak.. mau tanya saat check in untuk bita apakah harus menunjukkan akta kelahiran atau KK? Terima kasih

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)