Dunia Lingga

Sekolah Umum atau Pesantren Untuk Anak, Lebih Baik Mana?



Jujur, saya bukan orang yang paham benar akan pendidikan agama. Salat pun masih sering telat, apalagi ibadah-ibadah lainnya. Saya dibesarkan di keluarga yang seperti keluarga pada umumnya. Bapak adalah lulusan SMA sementara ibu lulusan pesantren. 

Meski ibu lulusan pesantren, ia tidak memasukkan keempat anaknya ke pesantren. Sebagian besar yang memegang keputusan mengenai pendidikan kami adalah Bapak. Bapak mendorong kami untuk sekolah umum negeri dan universitas negeri. "Kalau bisa masuk yang favorit dan negeri,"ujar Bapak.

Bapak memilih memasukkan kami ke sekolah umum pada pagi harinya dan sekolah agama di sore hari. Tapi sekarang sepertinya nggak bisa begitu karena banyak sekolah yang melaksanakan full day school. 

Di satu sisi, saya mengerti kemauan Bapak menyekolahkan kami di sekolah umum. Beliau mungkin berpikir sekolah umum yang dikelola pemerintah dan banyak menyelenggarakan mata pelajaran umum dibandingkan dengan agama, lulusannya akan mudah bersaing di dunia kerja. Pikirnya lulusan pesantren akan sulit mencari pekerjaan dan sulit berkembang. Lulusannya paling-paling menjadi pendakwah, guru mengaji atau paling tinggi jadi menteri agama.

Sementara di sisi lain, setelah saya punya anak saya merasakan perbedaannya. Memang saya bisa dengan mudah jika ditanya hal-hal umum oleh anak. Namun, menerapkan pendidikan agama kepada Arfa dan Filza memang saya harus belajar lebih banyak lagi. 

Saya merasa saat ini tidak maksimal mendidik agama pada keduanya. Padahal, pendidikan agama menjadi sangat penting di tengah deru globalisasi yang dihadapi sekarang. Baca: Ajari Anak Menjaga Dirinya

"Arfa nggak mau denger cerita Nabi Muhammad, Arfa maunya nonton Toboot,"kata dia. 

Duh, JLEB.

Setelah membaca artikel Mak Ika Puspita di web emak2blogger mengenai tips memilih sekolah untuk untuk anak, saya jadi kepikiran. Apakah saya sudah tepat memilih sekolah untuk anak? Memang saat ini Arfa masih balita dan bersekolah di PAUD umum. Tapi, memikirkan pendidikannya sejak dini tentu menjadi kewajiban saya dan suami sebagai orang tua.

Saya jadi bimbang ke depannya, apakah akan menyekolahkannya di sekolah umum, di pesantren atau sekolah-sekolah umum berbasis pesantren? Atau pesantren yang menghadirkan materi ajar formal dari pemerintah? Orang tuanya saja bingung, bagaimana anaknya nanti? Hehehe..

Kalau di sekolah umum, pelajaran umum menjadi lebih banyak dibandingkan pelajaran keagamaan. Begitu pun sebaliknya jika di pesantren konvensional yang sebagian besar mengaji kitab kuning. Yang jelas, lembaga pendidikan harus dipilih yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak. 

Namun saya punya mimpi besar, agar anak-anak bisa mendapat pendidikan agama dan seenggaknya punya basic agama yang kuat, apalagi syukur-syukur bisa menjadi penghafal Alquran. Baca: 10 Cara Mudah Agar Anak Hafidz Alquran

Meski begitu, saya nggak bisa memaksa anak agar menyanggupi keinginan orang tuanya. Namun, saya tetap berbicara pada Arfa mengenai gambaran pesantren seperti apa nantinya. Meski nantinya saya harus berpisah dari anak-anak, tapi insya Allah keinginan agar anak-anak bisa mondok sangat kuat di diri saya. Biar ilmu agama mereka lebih dari kedua orang tuanya. 

Ada beberapa hal yang saya lakukan agar nanti si anak mau mengeyam pendidikan di pesantren.

1. Sounding sejak kecil
Umurnya memang mau menginjak empat tahun, tapi berbicara dan mengenalkannya tentang pesantren nggak ada salahnya. Bapaknya bahkan yang sering bilang, "Nanti Arfa sekolahnya di pesantren ya..di pesantren nggak sama ibu dan bapak,"kata dia.

Jawaban anaknya bagaimana? Yah nggak maulah dia, hehhe...Maunya sekolah sama teman-teman Paud-nya. Nggak papa sih, yang penting kami sudah bicara padanya dan menggambarkan apa yang ada di pesantren.


2. Menerapkan sedikit demi sedikit konsep pesantren
Seperti yang diketahui, pesantren menerapkan aturan-aturan tertentu seperti salat berjamaah, disiplin, no gadget dan no tivi. Meski belum bisa menerapkan semuanya, kami sedikit demi sedikit mengajarkannya untuk salat berjamaah di masjid, berdoa setelah salat, bahkan harus berbagi dengan teman-temannya. Untuk gadget sudah mulai dibatasi setiap harinya meski televisi masih susah ditaklukkan. 

"Arfa mau nonton Tayoo,,,Arfa mau nonton Tobooot,"katanya. Saya sampai bosan kalau dengar lagunya Tayo diputar, hahaha..

Saya juga sedikit demi sedikit memintanya untuk tertib. Misalnya membereskan mainan yang dibongkarnya. Arfa diminta berlatih bertanggung jawab akan hal-hal yang dilakukannya misalnya ia menumpahkan minuman, ia harus membersihkannya sendiri, tentu dengan sedikit bantuan dari saya. 

3. Latihan jauh dari orang tuanya
Kami sesekali membebaskan Arfa bersama saudara dan teman-temannya. Tujuannya agar dia tidak terlalu menempel sama orang tuanya sih. Meski begitu, nggak lama-lama juga paling beberapa jam saja. Dengan begitu, ia pun bisa bersosialisasi dengan orang lain. 

4. Orang tua harus belajar ikhlas
Sempat saya lahiran adiknya malah saya yang kangen sama Arfa, bukan anaknya yang kangen. Jadi memang, harus berlatih berpisah baik itu orang tua maupun anaknya agar nggak baper. Saya harus belajar mengiklaskan kalau nantinya Arfa memang benar-benar mau di pesantren. Doakan yaa..

5. Survei pesantren
Hal ini belum saya lakukan sepenuhnya sih. Hanya beberapa kali ke pesantren kakeknya di Al Masturiyah Sukabumi, tapi ya anaknya belum terlalu mengerti juga. Nanti jika si anak sudah lebih besar, kami akan mengajak anak-anak untuk melihat kehidupan pesantren seutuhnya.

Kalau moms, pertimbangan apa dalam memilih sekolah anak? Di manapun mereka bersekolah, semoga menjadi anak-anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Juga menjadi anak-anak yang berkarakter dan mandiri ya moms..

*Artikel #KEBBloggingCollab Kelompok Dian Pelangi atas respons artikel di web KEB.











Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Sekolah Umum atau Pesantren Untuk Anak, Lebih Baik Mana?"

  1. wah orangtua ikhlas ini yang agak berat hiks. Semoga dilancarkan sesuai rencana ya mbak :)

    ReplyDelete
  2. anak saya mau lulus SD. Sayapun tadinya pengen banget anak saya masuk pesantren. Tapi anaknya gak mau. Saya gak boleh memaksakan kehendak. Akhirnya kami ambil jln tengah, kami memberi opsi pada anak kami utk masuk MTsN. Anak saya mau :) Memilih sekolah memang harus ada keikhlasan dari kedua belah pihak (anak & ortu) supaya berkah pendidikannya :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)