Dunia Lingga

Bunda yang Tak Sekadar Mengungkapkan Cinta



Perkenalkan seorang sahabatku. Sebutlah namanya Aisyah. Nama istri kanjeng nabi. Pantaslah sahabatku ini seperti Aisyah, berparas cantik berkulit layaknya porselen. Nabi kerap memanggil dengan nama Humaira, begitupun Aisyah sahabatku, pipinya akan kemerah-merahan jika terkena sinar mentari. Ia juga muda, ceria dan cerdas. Agaknya pria mana sih yang nggak jatuh cinta akan pesonanya? Sebagai wanita, aku juga iri padanya.

Pertemuanku dengannya 2006 lalu, saat kuliah. Kami menjadi sahabat cukup dekat karena kesamaan suku dan sama-sama dalam satu organisasi kampus. Tawanya renyah, serenyah rengginang di kaleng biskuit. Atau senyumnya yang hangat, sehangat teh manis di pagi hari.

Namun tak banyak yang tahu, ia menderita. Di balik keceriaanya itu, ada luka yang ditutupi selama 10 tahun lamanya. Ia menderita bipolar disorder. Kalian yang belum tahu, mungkin menganggap apa ada penyakit seperti itu? Bukan penyakit. Bipolar adalah diagnosa gangguan kejiwaan pada perasaan atau suasana hati seseorang. Dia bisa merasa gembira luar biasa, atau sebaliknya, sedih luar biasa.

Dan aku pernah menyaksikannya sendiri. Ketika Aisyah gembira luar biasa, sorot matanya seolah tak lelah, banyak berbicara dan sangat percaya diri. Namun, tiba-tiba, saat ia akan depresi, ia merasakan suasana hati yang sedih sepanjang hari. Ini terjadi berminggu-minggu, seakan tidak ada tenaga untuk hidup. Namun jika sudah pada keadaan normal, Aisyah akan beraktivitas seperti biasa.

Ketika sahabatku merasa depresi, ada kalanya ingin mengakhiri hidup saja. Ilustrasi Dok Pribadi

Ia harus terus mengkonsumsi obat yang diberikan psikater. Jika tidak, keadaannya tersebut akan semakin sering terjadi. Aisyah mengaku padaku, ia seperti selalu dimata-matai. Dilihat oleh ribuan orang, rasanya ingin mati saja. Pikiran untuk menghabisi hidupnya sendiri kerap kali hadir. Pikiran yang hampir sama terjadi saat aku melahirkan si kecil. Merasa nggak ada artinya, merasa terbuang dan merasa ingin mati saja. "Rasanya mau bunuh diri aja, Ling,"kata dia.


Namun, Aisyah tetap bertahan di tengah kondisi gangguan kejiwaannya itu. Di balik keadaannya itu, kini ia sudah mempunyai dua malaikat kecil. Dua buah hati yang selalu membuatnya tetap waras dan menjaga mereka hingga dewasa.

Aisyah, di tengah keadaanmu, cinta tetap dihadirkan.

Lihatlah ia, sengaja tak meminum obat dari psikiater hanya untuk memberikan ASI ekslusif kepada anak kedua yang dilahirkannya empat bulan lalu.

Lihatlah Aisyah, yang harus menghadapi sulitnya mempertahankan rumah tangga karena tak semua kondisi yang dialaminya diamini oleh suami dan lingkungan sekitar.

Itulah caranya mengungkap cinta.

Lihatlah ia yang kini tak malu menceritakan kisah hidupnya melalui tulisan-tulisan di blognya. Selain sebagai bentuk hipnoterapi, ia ingin tulisannya kelak menjadi inspirasi buat bunda-bunda di luar sana, bahwa mencintai memang tak selalu sama bentuknya. 

Aku melihat caranya memaknai hidup yang tak sempurna menurut orang lain, namun ia bisa bertahan. Tatapan nyinyir orang lain ketika bipolarnya muncul menjadikan ia lebih kuat dari sebelumnya. Aku melihat itu, tentang caranya mengungkapkan cinta kepada dua buah hatinya. Tentang tetap menjadi dirinya sendiri di saat orang lain menganggapnya tak waras. 

Lantas aku berpikir, memang benar bahwa setiap bunda, punya caranya masing-masing untuk memberikan cinta kepada keluarga, terutama anak-anak. Setiap bunda, punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing untuk menjaga diri dan keluarganya. Sayang, aku kerap memandang indah cara bunda lain yang bisa memberikan pengasuhan terbaik untuk anak mereka, dan tak cukup puas dengan caraku mencintai anak sendiri. 

"Lihat mereka Ling! Membuat bekal-bekal sekolah yang dihias sedemikian rupa agar anak bisa makan dengan antusias."

"Lihat bunda X, bisa membuat DIY untuk anak-anaknya padahal dia bekerja!"

"Lihat juga bunda yang satu itu, di rumah tapi tetap berbisnis. Omsetnya bisa puluhan juta!"

"Hey, lihat umur anaknya yang sama dengan umur anakmu. Tapi sudah bisa membaca, menulis bahkan melukis".

"Lihat ibu A, punya body yang bagus dan tetap terlihat awet muda padahal sibuk mengurus rumah tangga dan anak-anak"

Kalau melihat dan membandingkan, rumput tetangga memang lebih hijau dari rumput sendiri. Melihat anak belum bisa membaca, kita galau. Melihat anak belum dapat berjalan padahal tabel perkembangan seharusnya sudah bisa berjalan, langsung panik. 

Padahal, kita tidak tahu bagaimana perjuangan bunda di balik semua itu. Mungkin bunda yang membuat bekal sekolah cantik adalah upaya terakhirnya agar anak mau lepas dari Gerakan Tutup Mulut (GTM), tidak mau makan sama sekali.

Atau lihat perjuangan ibu bekerja yang harus lembur membuat DIY untuk anak agar anaknya mempunyai aktivitas yang positif selama ditinggal bekerja. Lihat juga perjuangan bunda di balik tubuhnya yang bak biola padahal usianya tak lagi muda. Ia tetap berolah raga pagi-pagi sekali agar tetap sehat, padahal sudah sangat lelah mengurus rumah tangga. 

Semua punya cara masing-masing untuk mengungkap cinta. Seperti ibuku yang tak pernah berkata cinta atau bilang sayang kepada keempat anaknya, tapi pernah kusaksikan ia merapal doa di tengah tahajudnya. Seperti ibuku yang menyambut anak-anaknya dengan masakan ala kadarnya namun tetap hangat dan dirindukan anak-anaknya. Begitulah bentuk cintanya kepada kami. 

Lalu, apalagi yang bisa kulakukan untuk mengungkap cinta kepada anak? Terutama di saat anak sedang dalam masa pertumbuhannya, yang butuh perhatian dan kasih sayang orang tuanya?

1. Mencintai diri dan bahagiakan dirimu

Membahagiakan diri dengan melakukan passion 
Konon kebahagiaan itu menular. Begitupun kebaikan-kebaikan yang kita ciptakan, akan menular kepada orang-orang terdekat kita, terutama anak-anak. Ingin meluapkan cinta kepada anak-anak namun kita sendiri tak bisa menghadirkan cinta itu pada hati kita, bagaimana anak akan merasakan cinta yang kita berikan?

Kita terkadang lupa untuk bahagia. Banyak ekspektasi yang dibuat untuk anak-anak. Ingin anak bisa ini, bisa itu, harus begini harus begitu. Oh sayangnya, ternyata tak semua sesuai ekspektasi. Akhirnya yang terjadi adalah lupa bahagia. Cinta pun tak hadir. Anak-anak justru jadi terlupakan. 

Membahagiakan diri sendiri kita yang cipta, dengan cara masing-masing. Membahagiakan diri artinya kita juga harus bahagia dan banyak tersenyum. Masih jadi pekerjaan rumah juga sih untuk kita bahwa bahagia itu dimulai dengan menghitung rahmat yang diberikan Allah untuk kita. Mulai dari membuka mata, tinggal di rumah beratap, masih bisa makan, melihat suami dan anak, terlepas dari rumah berantakan dan tumpukan kerjaan di depan mata.

Nothing is perfect under the sun. Bahagiakan diri, karena semua akan baik-baik saja.


2. Memberikan waktu berkualitas


Setiap bunda pasti mempunyai kesibukan tersendiri. Aku pun di tengah kesibukan mengurus rumah tangga, ada pekerjaan paruh waktu yang harus diselesaikan. Ini bukan memakan waktu yang sedikit. Ada saat-saat harus benar-benar fokus mengerjakan pekerjaan yang pada akhirnya anak agak sedikit terlupakan. Mungkin hal yang sama terjadi pada ibu bekerja, yang harus menyelesaikan pekerjaan padahal anak sedang butuh perhatian. 

Kuncinya satu, memberikan waktu yang berkualitas meski itu sebentar. Sesungguhnya waktu dan kesehatan adalah salah satu anugerah yang Allah berikan kepada kita. Hal inilah kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Misalnya, seminggu sekali bisa menghabiskan waktu di luar atau nonton bersama. Atau melakukan hal-hal yang ingin dilakukan tapi belum juga sempat.

Jika ada libur, adalah waktu yang tepat untuk menikmati hidup bersama. Sisipkan waktu liburan untuk memperbaiki diri dan mengevaluasi apa-apa saja yang telah dilakukan selama ini bersama keluarga.


3. Melibatkan ayah dalam pengasuhan
Terkadang bunda terbebani dengan pekerjaan rumah yang seakan tidak ada habisnya. Belum lagi jika ibu bekerja, yang harus mengerjakan pekerjaan di kantor, kemudian harus bekerja lembur. 

Karena itu, bunda perlu melibatkan peran suami atau ayah dalam mengasuh anak. Agar anak-anak yang sudah kebanyakan mendapatkan peran ibu dalam hidupnya dan masih sangat kurang mendapat peran ayah. 

Alhamdulillah suami mau menemani anak ketika aku sedang riweuh atau sekadar butuh me time. Memang harus sabar menghadapi ayah yang sibuk, pulang kerja lalu kelelahan. Namun sebagai istri, kita harus bersabar dan terus mengajak suami untuk pro aktif menemani anak bermain. Memang tidak mudah. Tapi patut selalu diingat, time is running fast, tiba-tiba anak sudah besar, anak nggak punya kenangan manis sama orang tua terutama ayahnya. Alhasil, menyesal di kemudian hari.

4. Memberikan pujian dan penghargaan

Konon ada pepatah menyebut, kalau kita nggak memberikan pujian atau penghargaan kepada orang yang layak mendapatkannya, mereka akan belajar untuk berhenti melakukan hal-hal yang kita hargai. Begitu pula dalam keluarga. Belajar menghargai dan memberikan pujian adalah salah satu cara mengungkapkan cinta ayah bunda. 

Ungkapkan penghargaan kepada Ayah yang bekerja keras dan kelelahan saat bekerja. Pun demikian ayah, patutnya memberikan pujian kepada ibu yang bangun paling pagi dan melakukan segala tanggung jawabnya. 

Penghargaan ini bisa dimulai dari yang kecil-kecil. Misalnya, "Makasih ya Arfa, sudah bantuin Bubu tutup pager," atau "Makasih ya Pak, sudah bantuin nyuci piring,". Ya hal-hal semacam ini membuat kita akan lebih bersyukur akan hidup kita. Jangan lupa juga sih, selalu katakan maaf jika salah dan katakan tolong jika butuh bantuan. 




5. Membersamai mereka saat sehat dan sakit
Mendekatkan diri dan meluapkan cinta kepada anak memang berbagai caranya. Saat sehat, kita bisa membersamainya bermain, belajar, dan beraktivitas di dalam dan di luar rumah. Karena pada dasarnya, anak-anak tentu sangat senang jika bisa terus bersama orang tuanya. Namun ketika sedang sakit, tentu menjadi kendala yang cukup mengganggu. Karena pasti kesehatan anak adalah kebahagiaan semua orang tua.

Aktivitas dan kebersamaan yang terjalin bisa terganggu kalau anak sakit. Ingin rasanya menggantikan anak yang sedang sakit. Apalagi anak yang masih masa pertumbuhan, melihat mereka ringkih, mata sayu dan tak bertenaga, rasanya tak tega.

Apalagi anakku yang masih berusia tiga tahun, kerap terserang flu dan demam. Beruntung masih bisa membersamainya dan memberikan selalu pertolongan pertama dengan Tempra Syrup jika ia demam.

Aku nggak perlu khawatir karena Tempra aman di lambung karena setiap 5 ml Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol. Aku pun nggak perlu repot mengocok karena sudah larut 100 persen. Dosisnya juga tepat untuk anak karena tidak menimbulkan overdosis atau kurang dosis.

Yang paling membuat nyaman tentu karena Tempra tidak mengandung alkohol sebagai pelarut. Selain itu, kemasan Tempra juga praktis dan aman karena berdesain Child Resistant Cap yang tidak mudah dibuka oleh anak-anak.  Desain ini yakni dengan tutup botol sistem “push down” atau tekan sambil diputar yang aman sehingga tidak mudah tumpah.


Anakku Arfa juga nggak perlu bergidik minum obat karena rasanya yang seperti sirup dan tidak pahit. Variannya juga lengkap, ada Tempra Drops untuk anak 0-1 tahun, Tempra Syrup untuk anak 1-6 tahun, dan Tempra Forte untuk anak 6-12 tahun. 

Pemakaian Tempra sangat mudah. Pertama, buka botol dengan menekan ke bawah, lalu putar. Siapkan gelas takar, kemudian berikan sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan.  Namun demikian, jika anak  masih demam lebih dari 2 hari (48 jam) atau bila masih merasa sakit (nyeri) lebih dari 5 hari tetap harus menghubungi dokter. 

Akhir kata, semua bunda punya cara masing-masing untuk mengungkapkan cinta kepada anak. Tetap belajar untuk memberikan cinta terbaik untuk mereka, bunda yang tak sekadar mengungkapkan cinta. Karena tak diungkapkan pun, selalu ada cinta di hati bunda. 

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra

Subscribe to receive free email updates:

49 Responses to "Bunda yang Tak Sekadar Mengungkapkan Cinta"

  1. Aisyah semoga cepat sembuh. Ajak buat nulis mba. Siapa tahu bisa membantunya (private blog untuk curat pribadinya) .

    ReplyDelete
  2. Salut sama suaminya, yg tahu kondisi nya akan tetapi tetap di Samping nya

    ReplyDelete
  3. Tiap bunda memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada anak,
    Tapi, ketika mereka sakit atau dilanda demam, bisa diantisipasi dengan Tempra sesuai umur mereka ya Mbak,,,

    Quote penutup, sukak
    "Tetap belajar untuk memberikan cinta terbaik untuk mereka, bunda yang tak sekadar mengungkapkan cinta. Karena tak tak diungkapkan pun, selalu ada cinta di hati bunda. "
    😍😍😍💖👸👼🙌

    ReplyDelete
  4. Melibatkan ayah dalam pengasuhan menurutku harus dilakukan. Dan itupula yang aku lakukan dalam mengasuh anakku mba :)

    ReplyDelete
  5. Aku jg pake Tempra utk obat demam anakku. Salam kenal bun. Mampir blogku jg yuk 😊

    ReplyDelete
  6. Tempra emang setia ya, dari jaman ke jaman Mba.

    ReplyDelete
  7. Wah salut dengan Mbak Aisyah yang menyadari bipolar dan dapat mengontrolnya. Capek lah kalau banding-bandingkan anak sendiri dengan anak lain. Nanti lupa bersyukur sudah diberi anak.

    ReplyDelete
  8. Keren mbak ceritanya. Saya yakin setiap anak adalah titipan dan ujian apapun kondisinya karena itu adalah ladang pahala dan kebaikan bagi orang tuanya. Banyak yang sulit memiliki anak, tapi ada juga yang kadang menyia-nyiakannya. Semoga mbak Aisyah selalu sehat dan bersama suami bias membesarkan anak hingga dewasa ya :-) So inspiring ceritanya

    ReplyDelete
  9. Kebahagiaan seorang ibu adalah kala anaknya sehat dan ceria, semoga dg pengalaman dan pengasuhan yang bunda jalankan bersama ayah bisa membuat si kecil sukses dimasa mendatang

    ReplyDelete
  10. Semua bunda pasti ingin yang terbaik untuk buah hatinya. Karena mereka unik, hadiah terindah dr Allah

    ReplyDelete
  11. klo nggak melibatkan ayah kayaknya ada yg beda ya mbaaa.. jadi ibu memang sesuatu banget :D berdamai dengan keadaan deh setiap hari yaaa haruus. Moga anak2 selalu sehaaat

    ReplyDelete
  12. Peran Ayah di sini juga penting ya mbak. Semoga keluarga sehat-sehat selalu yaa

    ReplyDelete
  13. Kadang pekerjaan rumahtangga yang tiada hentinya membuat kita menafikan peran Ayah.
    Padahal ayah pun sama capeknya dan lelahnya.
    Ketika sampai di rumah, bermain bersama anak adalah salah satu cara orangtua bekerja dalam melepas lelah.

    Saluutt untuk para Ayah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tp kadang krna kcapean si ayah justru abai..mdh2ab tdak y

      Delete
  14. Suka sama pesan yang disampaikan tulisan ini. Positive thinking aja. Tiap ibu punya medan perjuangan yang berbeda.

    ReplyDelete
  15. Every mom has their own struggle. Bisa menjadi catatatan pribadi aku nih pas besok bener2 punya anak sendiri ;)

    ReplyDelete
  16. aku setuju banget sama point melibatkan anak dalam pengasuhan, karena urusan mengasuh bukan cuma urusan ibu. sukses untuk lomba nya mba

    ReplyDelete
  17. "kalau kita nggak memberikan pujian atau penghargaan kepada orang yang layak mendapatkannya, mereka akan belajar untuk berhenti melakukan hal-hal yang kita hargai."

    Wa ini bener banget.. saya lihat ke diri saya sendiri. Kalo sering dicela, jadi males..lebih baik tidak melakukan apa2..
    Untuk ke anak, hal ini harus dihindari. Kalau memang bagus tidak ada salahnya memuji..

    ReplyDelete
  18. Aku selalu merasa takjub dengan orang-orang yang hidup penuh perjuangan seperti ini. Jadi harus banyak banyak bersyukur deh.

    ReplyDelete
  19. Mba aku fokus sama cerita temannya Aisyah pengidap bipolar, waktu belajar tentang disorder ini faktanya hampir berapa persen gitu ya lupa orang dengan bipolar tidak ada yang bertahan pernikahannya seperti case Marshanda tapi baca cerita mba ini keren. Bagusnya mb Aisyah juga mau nulis blog y mb dan berbagi karena masih banyak orang yang kadang mengabaikan kondisi seperti bipolar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo baca blognya..dia crta susahny mpertahankan pernikahan mba

      Delete
  20. Setuju sama kata peoatah berikan perhargaan yang layak mereka akan berhenti melakukannya

    ReplyDelete
  21. Anak memamg membutuh dua kasih yang sama Ayah dan ibu, sehat terus ya, dek

    ReplyDelete
  22. Kisahnya inspiring dan touching.

    Yes, memang benar, bahwa tiap ibu menyatakan cinta pada anaknya tak selalu sama bentuknya.

    ReplyDelete
  23. Baca kisahnya jadi gimana gitu, antara kasian dan takjub dengan semangatnya mba Aisyah. Tulisan mbak juga keren banget banyak hal yang bisa saya petik untuk mendidik dan menjaga kedua putri saya.

    ReplyDelete
  24. Kenalan ama Aisyah, aku juga nih mendidik Aisyahku dengan bekal agar jadi anak sehat dan cerdas plus sholehah

    ReplyDelete
  25. MasyaAllah super sekali mba, mengingatkan kepada diri ini untuk lebih banyak bersyukur atas karunia Allah

    ReplyDelete
  26. duh, haru baca artielnya. bener banget semua ib punya cara terseniri untuk mengungkapkan cintanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yupp mba..jd kita ngga prlu nyinyir atau iri sama orang lain hhee

      Delete
  27. Salut dengan dirimu mbaak..semoga bahagia selalu yaaa

    ReplyDelete
  28. selalu siapkan tempra di rumah ya mbak :D

    ReplyDelete
  29. Tempra emang recommended ya Mbak..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)