Dunia Lingga

Teman Sejiwa

Sudah menjadi tradisi setiap anniversary pernikahan, kami berkirim surat. Sebelumnya saya juga menulis 

https://www.dunialingga.com/2021/12/sehidup-sesurga.html

Kali ini dia pun menuliskan suratnya. Karena nggak punya blog, saya naikkan sini ya..lumayan menambah traffic๐Ÿ˜


Hey Neng Lingga, Aku Makin Padamu

Pepatah yang pas untuk menggambarkan tiap akhir November adalah "Bersenang-senang Dahulu, Susah Payah Kemudian." Alhamdulillah bersenang-senangnya sudah. Ini momentum 8 tahun pernikahan kami. Saya dan istri. 

Tahun ini anak-anak relatif bisa 'dikondisikan'. Simbahnya juga mulai terbuka dengan konsep pengantin berusia 8 tahun pernikahan juga butuh 'me time'. Meluncurlah kami ke Yogyakarta. Mau kemana lagi?

Dua tahun terakhir destinasi kami hanya ke Yogyakarta. Kami ala-ala Rapat Kerja Tahunan, evaluasi setahun ke belakang, lalu menerka rencana bersama setahun ke depan. Tempatnya sama dengan tahun lalu, sebuah gerai es krim yang kalau beli 1 cup bisa dapat es teh 10 bungkus. 

Kami sebenarnya sudah memulai dengan Pra RKAT. Dari ritual jalan pagi berdua, saya minta dia menyebutkan 5 hal kekurangan saya yang masih belum berubah. Dari yang sepele sampai mungkin yang paling mengganggu prinsip hidupnya. Begitu juga saya sebaliknya.

Setelah ritual 'saling menyalahkan' yang diiringi tertawa tanpa akhlak di pinggir jalan, saya pribadi mencoba berbenah. Mulai dari masukannya yang terlihat sepele tapi cukup mengganggu bagi dia. 

Kata siapa 8 tahun pernikahan kita sudah mengenal luar dalam pasangan. Ternyata belum. Masih terlalu dangkal. 

Ternyata berusaha memenuhi apa yang menjadi evaluasinya itu menantang. Lelaki bukannya suka membuktikan diri? ya begitu. Ingin membuktikan diri bisa berubah. Minimal sesuai harapan dia kan.

Tapi terkadang, ego lelaki itu ingin segera diakui. Fatal sudah. Seperti saya kemarin. Ini soal menaruh handuk sembarangan dan lupa menutup lemari setelah dibuka. Ini masukan fundamental bagi dia, sepele bagi saya.

Saya merasa sudah ada perubahan. Minimal dalam otak ingat kalau handuk tidak boleh ditinggal di kamar, lemari harus ditutup. Minimal ingat. Dan merasa saya sudah berubah. 

Bangga dong. Merasa bisa memenuhi keinginannya. Ternyata saat forum debat terbuka dan pengujian, saya dipandang belum berhasil berubah. Disinilah peran nasihat Ustadz harus dipegang erat-erat. Perbanyak sabar, kuatkan syukur. Dah. 

Alhamdulillah perbincangan-perbincangan kami produktif. Setidaknya anggapan saya. Mulai dirancang perbaikan-perbaikan. Sekaligus target-target dan harapan. Ditulis satu-satu. Diikhtiarkan satu-satu. Didoakan satu-satu.

Selalu kagum

Saya sudah nulis berapa kali tentang kekaguman saya pada sosok istri ini. Tapi dia memang tidak pernah kekurangan bahan untuk saya kagumi. 

Terakhir adalah soal etos kerja. Begini, setelah sakit parah karena Covid-19 kemarin, saya memutuskan resign dari kerjaan di Solo. Resign saat pandemi memang risikonya tinggi. Doi sempat ragu juga. Tapi saya mau istirahat dulu. 

Akhirnya kita sepakat mau membangun kerajaan kita sendiri. Membesarkan lini usaha hotplate Batur Creative Logam itu sama membangun merek baru Be Creative Media. Layanan produksi konten sekaligus PR Agensi. Kecil-kecilan.

Dia saya ajak. Wajib hukumnya ngajak dia. Di website saya tulis dia sebagai CEO. Saya COO saja. Toh punya kita sendiri, bebas-bebas saja memberikan jabatan. 

Dari rencana ini tentu menambah beban pekerjaan baru ke doi. Ibu rumah tangga sudah. Sejak saya kerja di Solo 3 tahun lalu, semua urusan Batur Creative Logam dia yang megang. Dari hulu sampai hilir. Sendirian.

Eh ini ditambah lagi kerjaan membesarkan Be Creative Media. Dia sendiri sudah megang satu klien, salah satu konsultan lembaga filantropi untuk dikelola branding medianya. 

Kekaguman muncul saat suatu hari dari pagi dia sudah ubet mengurus rumah, lalu order-order desain ke desainer buat klien, antar Filza ke sekolah, pulang ke tempat simbahnya anak-anak untuk packing dan kirim barang. Yang dipacking dan kirim adalah hotplate baja, yang saya saja berat melakukannya. Pulang masih ikut kelas tahfidz baru istirahat. 

Gila ini. Tidak bisa dibiarkan ini. Lelaki tak tahu diri. Maka saya buka obrolan. Harus ada pekerjaan yang saya bantu. Sebagian harus diambil alih. Pekerjaan yang bisa didelegasikan harus didelegasikan. Perbanyak kolaborasi kurangi kerja sendiri hehe. 

Oke deal akhirnya ada tambahan pekerjaan rumah yang jadi kewajiban saya. Plus ada kerjaan klien yang harus saya bantu. Memulai usaha dari kecil itu memang menantang. Beberapa pekerjaan yang pakai mikir masih harus kami handle sendiri. Semoga ke depan sudah ada mulai ada layer kedua yang bisa diperbantukan. Biar durasi saya nonton Netflix, HBO Go dan Disney Hotstar bisa bertambah. 

Kekaguman ini menambah kekaguman-kekaguman lain yang terus muncul. Yang lain tidak perlu ditulis. Takut riya. 

Ini tadi nulis diawali pepatah sudah senang lalu susah payahnya dimana? Ya ini. Nulis sebagai hadiah anniversary itu susahnya, sulitnya, beratnya. Sampai harus mundur dari tanggal 30 November baru muncul tanggal 4 Desember.

Dia memang selalu minta hadiah tulisan. Mungkin terlihat enak ya, 'cuma' minta hadiah tulisan. Tapi nulisnya itu yang harus mulai darimana, nulis apa, nanti dia suka apa engga. Itu. 

Apalagi bagi saya yang jarang bikin status di Facebook ini. Nulis untuk hadiah kok rasanya menyeramkan. Lebih menyeramkan deadline cetak jam 22.00 WIB tapi narsum baru bisa diwawancara 21.56 WIB.

Semoga makin bahagia ya Lingga Permesti tahun-tahun ke depan. Terima kasih sudah mau nemenin Aa, dengan segala kesalahan yang membuatmu menangis dan sedikit usaha untuk membuatmu tertawa.

Diiringi Tulisan #TemanSejiwa yang ga pakai Sraya. 


Peace, Love and Gaul

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Teman Sejiwa"

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)