Dunia Lingga

Mencari Amang (Ayah)



Indonesia is a fatherless country. Begitu kira-kira isi pesan berantai yang saya dapatkan di grup WA. Tulisan dari psikolog Elly Risman ini menyentak hati saya. 

Bagaimana tidak, kita kerap abai mengenai pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. Ayah kerap kali hanya berfungsi mencari nafkah, namun kerap meng-subkontrakkan peran ayah kepada orang lain.

Tugas Ayah mencari uang, kamu belajar!

Kalau kita perhatikan,  kata-kata itu keluar tidak sampai satu menit dan belum tentu minggu depan sempat terulang kembali. Bagaimana mau menndengar keluhan anak, mendengar emosinya, apalagi membicarakan tentang keimanan.  

Padahal, menghadirkan peran ayah dalam pengasuhan akan menghasilkan anak yang memiliki kecerdasan emosi lebih bagus, lebih bertanggung jawab, percaya diri, dan empati.

Tapi kenyataannya, ayah pulang kerja lelah, langsung melihat handphone. Sementara di sisi lain, anak butuh bonding juga dengan anak. 

Tantangan ini yang keluarga kecil kami rasakan. Kami gagap kala amanah anak datang. Pertanyaan besar yang mungkin dialami oleh semua orang tua baru, bagaimana cara yang baik membesarkan anak? 

Kami sepakat pada akhirnya. Kami hendak memberikan sesuatu yang paling berharga dalam ukuran kota ini: Waktu.Kami berjanji akan memberikan waktu yang lebih –tak sekadar cukup – bagi anak. Kami yakin dengan waktu, kami punya kesempatan lebih untuk belajar menjadi orang tua. 

Mencari Amang (ayah)
Kegelisahan kami ini rupanya juga ada di benak kakak sahabat saya yang juga fotografer andal, Ridhwan Siregar. 

Menjadi seorang bapak rumah tangga bukanlah pilihan populer bagi sebagian besar laki-laki. Tidak semua laki-laki mau mengerjakan urusan domestik rumah tangga, seperti mengasuh anak, menemani jalan-jalan, mengajak bermain dan sejuta urusan rumah tangga lainnya. 

Pria lulusan International Center of Photography New York ini rupanya mengambil peran ini. Ridhwan, melalui jepretan kameranya mennyajikan sisi lain dari kehadiran seorang Amang, panggilan Ayah atau Bapak dalam bahasa batak. Hampir dua tahun di New York membuatnya banyak belajar memahami putra pertamanya, Messi. Komitmen yang sangat menantang menurut saya untuk menjadi bapak rumah tangga. 

Hampir setiap hari Ridhwan merekam momen pertumbuhan Messi lewat jepretan kamera. Amang dan Messi berhasil menemukan medium pendekatan yang cukup efektif. Keduanya bekerja sama menghasilkan persona yang indah.

Tanpa sadar, Ridhwan kembali diingatkan bagaimana menikmati fotografi seperti ketika awal memotret. Pada akhirnya, Ridhwan juga merefleksikan hubungannya dengan Amangnya sendiri, Ersa Siregar. Kalau jurnalis harusnya kenal nama Ersa Siregar ya.

Kenapa harus membuat pameran foto ini? Harapan Ridhwan sederhana, semoga ketika melihat foto-fotonya, lebih banyak lagi para ayah yang berusaha meluangkan waktu lebih banyak buat anak-anaknya.   

Datang ke pameran Amang bak menelusuri monograf yang dikerjakan selama hampir empat tahun oleh Ridhwan. Sebagian besar foto dibuat menggunakan handphone loh, pastinya kereen banget deh.  Pameran ini sendiri gratis tanpa dipungut bayaran mulai 7-15 Januari di Sekolah Dolanan, Jalan Dharmawangsa VII (buntu), Melawai, Kebayoran Baru, Jaksel.  

Yang jelas, kayaknya saya akan datang ke sini. Selain pameran, ada workshop parenting menarik. Mulai dari workshop puppet dari sendok kayu dan juga workshop boneka jari.  Yuk lebih jelasnya hubungi kontak di bawah ini.




Subscribe to receive free email updates:

11 Responses to "Mencari Amang (Ayah)"

  1. Pandangan ayah modern lebih paham bahwa ayah di keluarga juga punya andil mengurus anak dan mengerjakan urusan domestik. Ibu lebih terbantu dan bonding ayah-anak juga tercipta. Btw pamerannya menarik nih

    ReplyDelete
  2. begitulah ayng biasa tinggal di luar negeri merasa peran ayah penting dan mau untuk berbagi tugas denagn istri di rumah, sayangnya di indonesia masih memegang teguh adat kalau ayah itu beketja dan yang ngurus rumah ibu, jadi kadang ayah jarang turun atnagn bantu ibu. Sejak kecil anak2ku diajarkan untuk berbagi tugas di rumah, shg kelak anak laki2ku juga bisa bantu istrinay kelak bersama2

    ReplyDelete
  3. Ah.. Aduuuuh bapakku banget. Dan akhirnya aku malah nggak deket sama beliau hiks. Setelah menikah aku ubah dan janjian sama suamiku ga ngulangin hal ini lagi

    ReplyDelete
  4. Ingin mengikuti jejak bang Ridhwan Siregar.
    Kebetulan aku juga menjalani bidang photography. Sayang nggak bisa menghadiri pameran Amang, kejauhan :)

    ReplyDelete
  5. Karena merasa menjadi pemimpin keluarga maka kebanyakan laki-laki engga mengerjakan urusan rumah. Apalagi menngurus anak, rasanya ego dan harga diri mereka akan rusak. *sedih*

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ayah putri saya seperti Amang Ridhwan juga mbak, walaupun sibuk bekerja, beliau memiliki waktu untuk buah hatinya

    ReplyDelete
  7. Wah pesan moralnya bagus banget. Iya, di Indonesia ini umumnya masih banyak yang beranggapan tugas bapak hanya mencari nafkah. Bermain sama anak hanya bila sang ayah sudah ga lelah aja.
    Semoga makin banyak para ayah yang menyadari bahwa anak-anak pun membutuhkan kehadiran ayah

    ReplyDelete
  8. Wah, aku juga masih banyak belajar agar suamiku dekat dengan anak-anak
    Kalau LDR ini yang lumayan repot hehe

    ReplyDelete
  9. Wah kyknya seru acaranya mbak. Sayang minggu ini ada acara lain, kalau minggu depan, liat2 deh, moga bisa TFS :D

    ReplyDelete
  10. Idem dengan yang lain, kalau dekat Insya Allah datang. Secara saya paling suka dengan pameran fotografi.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)