Dunia Lingga

Menginspirasi Negeri dari Tanah Laweyan



Pintu-pintu besar bermodel kuno jati menghiasi rumah-rumah di Kampung Batik Laweyan, Solo. Dinding-dinding tua berjamur dengan tinggi lebih kurang lima meter seakan menjadi pagar bagi rumah di dalamnya. Rumah-rumah di kampung ini terlihat luas seolah-olah ingin menggambarkan sejarah kejayaan batik Laweyan di masa lalu. 

Pintu-pintu rumah terbuka lebar bagi wisatawan untuk mendalami sejarah batik atau hanya sekadar membeli batik. Aroma rumah Jawa bergaya Eropa dan Cina serasa kental membelah jalan-jalan di kampung Laweyan. Laweyan yang dahulu tertutup, kini bebas dikunjungi wisatawan yang keluar masuk hingga ke tempat produksi batik.

Gerbang Kampung Batik  Laweyan. Dokumen Pibadi
Gang Kampung Batik Laweyan. Dok: Pribadi 
Tak hanya rumah-rumah yang eksotis, papan nama jalan, hingga tanaman dengan vegetasi akar serabut pun menghiasi kampung ini. Hampir tak didapati tanaman yang dapat merusak bangunan. Mampir sebentar ke bangunan Kelurahan Laweyan, kita juga bisa menjejaki aura kuno di dalamnya. 

Bangunan ini sudah beberapa kali direnovasi meski tak mengurangi nilai estetikanya. Bangunan ini juga menjadi salah satu yang tertua yang dibangung sejak 1840. Terpajang beberapa peninggalan kuno dan monumen upakarti, tanda bahwa kampung ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Solo. 

Terlihat beragam aktivitas di sudut-sudut Laweyan. Ketika saya menjejakkan kaki di pendopo kelurahan, sedang berlangsung studi banding dari Pemerintah Daerah Blitar untuk mengetahui seluk beluk perkembangan batik di Laweyan dan Solo pada umumnya. Aktivitas membatik menjadi salah satu agendanya. Bahkan, daftar nama peserta ditulis dengan menggunakan canting di atas kain putih lebar.

Pendopo Kelurahan Laweyan, salah satu heritage di Laweyan. Dok Pribadi


Kunjungan pemda Blitar ke Laweyan. Dok Pribadi
"Alhamdulillah ya dapat banyak ilmu di sini, selain mengerti sejarah batik, kita bisa belajar membuat batik. Biayanya pun tidak mahal, hanya Rp 35.000 per orang. Kita juga bisa menikmati surga belanja dan heritage di Laweyan,"kata Inong Hzh dalam testimoninya di laman media sosial Kampoeng Batik Laweyan.

Laweyan memang berjaya pada masanya, bahkan sudah ada pada saat Kerajaan Pajang berdiri di tahun 1500-an. Menurut Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Alpha Febela Priyatmono, jika menilik sejarah, Laweyan menjadi salah satu awal berdirinya Serikat Dagang Islam yang didirikan KH Samanhudi. Di era 1900-an, terdapat sekitar lebih kurang 200 pengusaha industri batik.

Sayang, sejak akhir 1960-an industri batik Laweyan banyak yang gulung tikar. Saat ditemui, Sekretaris FPKBL, Widhiarso mengatakan, adanya pengalihan teknologi, modernisasi hingga tidak adanya regenerasi menjadi cikal bakal terpuruknya pengusaha batik Laweyan. Dari ratusan pengusaha batik, yang bertahan hanya dalam hitungan jari. Kehadiran batik printing yang di sisi lain menyelamatkan motif-motif kuno, namun juga menjadi salah satu keterpurukan industri batik di Laweyan. 

"Batik printing memang menyelamatkan motif-motif kuno, namun di sisi lain mematikan tradisi membatik sebenarnya,"kata Widhi.

Pengusaha kecil di Laweyan. Dok: Kampung Batik Laweyan
Karena tidak ada geliat ekonomi yang bersumber dari batik, maka pengusaha tidak dapat menyelamatkan industri batiknya. Bahkan, rumah-rumah peninggalan kuno yang mereka miliki semakin tidak terawat. Pengusaha-pengusaha batik akhirnya menjual kayu-kayu di rumahnya, dengan istilah joglo terbang. Kayu-kayu jati kualitas terbaik dijual, sehingga yang terjadi kemudian, Laweyan kehilangan karakteristiknya heritage yang tersisa. 

Bukan hanya pengusaha-pengusaha besar yang terdampak, tetapi pelaku usaha kecil batik girli atau batik pinggir kali Ngingas juga harus merasakan pahitnya modernisasi. Pelaku usaha yang pekerjanya hanya hitungan jari ini, semakin tertekan. Padahal, jika diseriusi, pengusaha skala kecil ini punya potensi untuk menggeliatkan batik Laweyan. 

Melihat proses membatik. Dok: Kampung Batik Laweyan
Bersyukur di tahun 2004, gerakan sosial terjadi di Laweyan melalui FPKBL. Dari pengusaha yang hanya hitungan jari, kini menggeliat menjadi sekitar 80 pengusaha. Geliat ini bukan perkara mudah, usaha keras dilakukan oleh seluruh pihak yang peduli untuk mengembalikan Laweyan yang sempat berjaya. 

Menurut Widhiarso, pengembangan yang dilakukan diawali dengan penataan IPAL di tahun 2007. Kerjasama dari dinas lingkungan hidup dan Badan Lingkungan Hidup saat itu dilakukan. Juga dengan bantuan dari Jerman yang bukan hanya mengedukasi akan cara eco-efesiensi, tapi juga bantuan fisik IPAL. 

Namun, geliat yang terjadi di awal 2004 tersebut mungkin hanya terlihat dari industri batik gedongannya, dengan rumah-rumah luas yang men-display batik di muka rumah. Ternyata jika ditilik lebih lanjut, lebih dari 50 persen pengusaha di Laweyan adalah pengusaha kecil yang pekerjanya hanya sedikit. Masih banyak pengusaha kecil yang kesulitan mengembangkan usahanya karena keterbatasan modal usaha. 

Menurut Widhiarso yang juga pengusaha batik skala kecil ini, memang perlu kerja sama dari seluruh pihak agar pengusaha-pengusaha kecil ini berdaya. Di samping itu juga diperlukan edukasi mengenai dampak lingkungan terutama penggunaan bahan-bahan kimia dalam memproduksi batik. Mengapa? Agar Laweyan tak hanya dikenal dengan batiknya, tapi juga menjadi pusat wisata, pusat studi ekologi, sejarah, heritage dan lingkungan.  

"Kalau cuma mau membeli batik, di Klewer juga banyak,"kata Widhi.

Masuknya CSR ke Laweyan

CSR dari Astra Otoparts. Dok: Kampung Batik Laweyan
Sebagai salah satu cara pengembangan batik Laweyan, kerja sama pun banyak dilakukan. Melalui FPKBL, bantuan dari pemerintah dan tanggung jawab perusahaan masuk ke Laweyan. Salah satu kepedulian datang dari CSR Astra Otoparts di tahun 2013.

Astra Otoparts menerapkan program Income Generating Activities (IGA) yang sudah berjalan cukup lama ini. Program ini memberikan bantuan dana bergulir kepada masyarakat pelaku usaha sektor informal. Program yang pada awalnya difokuskan bagi masyarakat di ring satu seputar lokasi perseroan, kini mengembangkan sayapnya di ring dua dan tiga lokasi perseroan.

Pelatihan Kewirausahaan dari Astra Otoparts. Dok: Kampung Batik Laweyan
Usaha masyarakat yang dibantu dari berbagai sektor terutama pedagang asongan, pedangan sayur, konveksi dan lain-lain meluaskan perhatiannya kepada usaha mikro di Laweyan. CSR Astra Otoparts yang masuk berupa kucuran dana hibah dibagi kepada lima UKM yang mewakili beragam komunitas yakni pembatik girli, pewarna sintetis, pewarna alam, showroom dan penjahit atau konveksi. 

Kegiatan CSR yang dilakukan Astra Otoparts ini sebagai bagian integral dari setiap kegiatan usaha yang dilakukan. Dalam website Astra Otoparts, aktivitas CSR diharapkan dapat memberikan dampak bagi masyarakat di sekitar perusahaan baik dampak ekonomi, sosial, maupun lingkungan. CSR Astra Otoparts ini sendiri menerapkan sistem Astra Friendly Company (AFC) yang merupakan sistem stanar manajemen pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan di lingkungan grup Astra.

Pelatihan Kewirausahaan dari Astra Otoparts. Dok: Kampung Batik Laweyan

Setiap lima UKM di Laweyan mendapat pembiayaan sebesar Rp 10 juta dan harus dikembalikan dalam jangka satu tahun. Semuanya tanpa ada bunga dan agunan. Dalam pernyataan Direktur Astra Otoparts saat itu, Robby Sani, penerima dana hibah dilihat dari potensi mereka untuk berkembang namun kekurangan modal. Sementara pemilihan Laweyan saat itu diharapkan dapat mengangkat bisnis yang berbasis budaya. 

Tak hanya pemberian modal, CSR Astra Otoparts juga menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan. Hal ini dilakukan dengan cara pengusaha yang sudah berhasil akan membagi pengalaman suksesnya kepada pengusaha yang masih berjuang. Selain pelatihan kewirausahaan, Astra Otoparts juga mengadakan pelatihan manajemen agar pengusaha mampu mengatur industri batiknya menjadi lebih baik.

Pada akhirnya diharapkan, pengusaha mampu mencipta demand dari produk yang mereka hasilkan. Juga diharapkan, akan terciptanya proses supply chain yang berkesinambungan untuk menjaga eksistensi batik. Juga menjaga seni dan budaya Indonesia. 

Widhiarso mengaku, pembiayaan yang diberikan bergulir ini cukup membantu pengusaha kecil, terutama pengusaha batik pinggir kali atau batik girli. Pengusaha batik sedikit banyak terbantu dengan hadirnya CSR ini, terutama pelaku usaha yang kekurangan modal. Dari CSR yang diberikan pun, masyarakat tidak lagi menggunakan bahan-bahan yang membahayakan kali Ngingas. Pewarna yang digunakan pun pewarna alam, sehingga aman digunakan.

Pelatihan Kewirausahaan dari Astra Otoparts. Dok: Kampung Batik Laweyan

Terbukti, kini permintaan terhadap batik Laweyan cukup meningkat. Menurut Widhiarso, meski tak bisa mengukur berapa banyak, perputaran bisnis terjadi dengan cepat. Setiap bulannya, kata Widhi, tak kurang lebih kurang sepuluh ribu orang menunjungi Kampung Batik Laweyan. Itu pun belum termasuk masyarakat yang terdaftar mengikuti pelatihan membatik atau studi banding melalui FPKBL. 

Belum lama ini, pada September lalu bahkan dilakukan Festival Batik Laweyan Tiga Generasi. Festival ini diharapkan mampu menaikkan pamor batik lokal ciptaan kampung batik Laweyan hingga taraf dunia. Pemerintah Kota Solo bahkan mencanangka Kampung Laweyan sebagai kawasan strategis pariwisata tahun 2017. 

Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo yang menjadi salah satu peserta yang belajar membatik di Laweyan mengatakan, batik merupakan salah satu ikon Kota Solo yang harus dijaga keberadaannya. Peran generasi muda dan juga dukungan dari pemerintah akan selalu dibutuhkan. 

Perlu Pembenahan
Meski demikian, diakui banyak pembenahan yang perlu dilakukan, terutama dalam mensinergikan kepedulian masyarakat, pemerintah dan tanggung jawab perusahaan. Menurut Widhi, jangan sampai, bantuan yang masuk malah melenakan masyarakat. Menurutnya, perlu memadupadankan sinergi dari berbagai pihak, terutama masyarakat yang seharusnya menginisiasi kegiatan-kegiatan di Laweyan.

Menjadi pekerjaan rumah masyarakat Laweyan untuk membentuk lembaga keuangan sehingga bantuan yang bergulir ke Laweyan dapat dimanfaatkan secara optimal. Lembaga keuangan misalnya berbentuk koperasi yang dapat menyediakan modal, menjamin ketersediaan bahan baku dan lain-lain. 

Diharapkan pula, pemerintah bukan hanya memberikan layanan-layanan normatif kemasyarakatan saja, tapi juga melakukan pembinaan terhadap pengusaha-pengusaha kecil yang ada di Laweyan.

Adapun bantuan dari CSR diharapkan dapat memikirkan ekologi di Laweyan dan juga pembangunan infrastruktur yang bisa dinikmati semua pihak. Misalnya bagaimana akses informasi berjalan, akses transportasi dan parkir tersedia, hingga pedestrian untuk memanjakan pejalan kaki. Diharapkan CSR yang diberikan tidak mengabaikan dampak ekologi sehingga masyarakat juga berpartisipasi dalam program-program yang diberikan. 

Dengan demikian, branding Laweyan yang sudah menasional bahkan mendunia, tak hanya menjadi tempat membeli batik saja. 

"Orang datang ke Laweyan tidak hanya beli batiknya saja, tapi juga menikmati heritage-nya, ekologinya, dan budayanya,"kata Widhi. 

Sekilas Tentang Astra Otoparts

PT Astra Otoparts Tbk (AOP) merupakan produsen komponen otomotif terkemuka di Indonesia yang melayani kebutuhan suku cadang untuk mobil dan sepeda motor. AOP adalah anak perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kepemilikan 80 persen saham oleh Perseroan dan nilai kapitalisasi pasar pada akhir tahun 2013 senilai Rp 17,6 triliun.

Reputasi AOP akan komitmen pada standar kualitas yang tinggi telah mendorong perluasan jaringan kemitraan bisnis dengan produsen otomotif berkelas global atau Original Equipment for Manufacturers (OEM), baik sepeda motor seperti Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, maupun mobil, seperti Toyota, Daihatsu, Suzuki, Nissan, Hino, Mitsubishi dan Isuzu. 



AOP juga menjual variasi produk yang lengkap untuk kebutuhan segmen pasar suku cadang pengganti atau Replacement Market (REM) melalui jaringan distribusi yang terdiri dari 71 jaringan distribusi pada akhir tahun 2013, berkembang dari 70 jaringan distribusi (49 dealer di area luar Jawa-Bali dan 22 kantor penjualan di area Jawa-Bali).

Pada akhir tahun 2013, AOP juga telah mengelola 279 gerai Shop and Drive sebagai jaringan distribusi ritel modern yang secara khusus melayani kebutuhan berbagai produk komponen otomotif, seperti aki, pelumas dan shock absorber, di seluruh wilayah Indonesia. Dilengkapi layanan 24 jam melalui Call Shop & Drive 5000-15 dan chat online, AOP semakin memanjakan pelanggan dengan menawarkan konsep belanja yang cepat, praktis, terjangkau dan dekat dengan konsumen. Alhasil, AOP semakin mampu mengukuhkan reputasi sebagai distributor komponen otomotif terbesar di tanah air.

AOP juga telah mengekspor berbagai produk ke luar negeri dan beraspirasi untuk menjadi perusahaan perdagangan komponen yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Melalui dua kantor perwakilan yang terletak di Dubai dan Singapura, komponen otomotif hasil produksi AOP didistribusikan ke lebih dari 30 negara di kawasan Asia Oceania, Timur Tengah, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan.

Presiden Komisaris PT Astra International Tbk sebagai induk perusahaan Astra Otoparts, Budi Setiadharma dalam laporan keberlanjutan 2016 menyebut, di bidang tanggung jawab sosial perusahaan, Astra telah melaksanakan program CSR dengan konsisten yang berfokus pada pendidikan, lingkungan, Income Generating Activity dan kesehatan.

Meskipun tantangan bisnis global terkini menuntut efisiensi di segala lini, hal ini tidak menyebabkan pelaksanaan CSR menjadi surut. Komitmen Astra dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial terlihat dari besarnya sumber daya dan cakupan kegiatan yang dikerahkan selama lebih dari empat dekade terakhir.

"Dalam aktivitas bisnisnya, program CSR secara rutin dijalankan baik oleh anak perusahaan secara langsung, maupun melalui sembilan yayasan yang dikelola secara khusus untuk mengelola kontribusi sosial dan bisnis,"katanya dalam laporan tersebut. 

Selamat ulang tahun ASTRA, semoga tetap menginspirasi. SATU untuk Indonesia!

Referensi tulisan:
http://www.aspiraastra.com
http://www.astra-otoparts.com
https://www.astra.co.id/
http://jateng.tribunnews.com/2017/09/22/mulai-24-september-akan-digelar-festival-laweyan-tiga-zaman


*Tulisan ini disertakan dalam lomba Anugerah Pewarta Astra 2017

Subscribe to receive free email updates:

11 Responses to "Menginspirasi Negeri dari Tanah Laweyan"

  1. Baru tahu klo ada daerah Laweyan di Solo. Klo cari Batik ke Solo biasanya klo saya gak pernah jauh jauh dari Pasar Klewer.

    ReplyDelete
  2. Asiknya bisa ikut workshop membatik dengan biaya terjangkau. Biasanya sampai ratusan ribu lho. Boleh nih jadi tujuan wisata ke Solo.

    ReplyDelete
  3. Wah CSR Astra masuk ke sini. UKM bakal lebih maju dengan dukungan berbagai pihak. Semoga sukses!

    ReplyDelete
  4. Aku pernah ikutan workshop batik juga mba di Pekalongan, uih ga gampang serius, bangga sama mereka yang pinter ngebatik.

    ReplyDelete
  5. Lho lho. Aku baru tau ada tempat seperti ini di Solo. Biasanya cuma fokus berburu kuliner sih hehe. Next time semoga bisa mampir :)

    ReplyDelete
  6. Perusahaan Astra ini memang luar biasa ya mbak. Besar sekali kontribusinya pada bangsa.

    ReplyDelete
  7. Keren banget mbak pengalamannya. Kapan saya punya kesempatan membatik ya. Pengeenn.

    ReplyDelete
  8. Peran Astra Mmbntu bnget buat pembatik ya, mbk. Kiprahnya perlu diacungi jempol
    Sma hlnya Mbk Sri W, mupeng begimna cara mbatik 😄🙋🙌😂🙈😻😻🙏👸👸💖💖💖

    ReplyDelete
  9. Kampung Laweyan ya? Noted. Pengen banget menelusuri kampung2 budaya kyk gtu. Astra emang CSR-nya ok2 ya, semoga makin menginspirasi TFS

    ReplyDelete
  10. aku senang banget ke laweyan! salah satu kampung yang bikin aku betah. wah ternyata kampung laweyan ini pernah mendapat CSR dari astra.. ah aku baru tahu.. kalo tahu aku ikutan juga lombanya ini :D

    ReplyDelete
  11. Waktu ke Solo, sempat mampirke Laweyan. Sayangnya, karena sempitnya waktu jadi ga sempat explore heritagenya, benar-benar hanya untuk belanja batik saja :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)