Dunia Lingga

STUDY EVALUATION OF FARMER EMPOWERMENT THROUGH AGRICULTURAL TECHNOLOGY AND INFORMATION (FEATI) PROGRAM IN KABUPATEN SERANG.

RINGKASAN
LINGGA PERMESTI. STUDI EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) DI KABUPATEN SERANG. (Kasus: Desa Ciruas, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten). Di bawah bimbingan SITI SUGIAH MUGNIESYAH.


Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) merupakan pilot project yang bertujuan untuk memberdayakan petani dan organisasi petani dalam peningkatan produktivitas usahatani, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan aksesibilitas terhadap informasi, teknologi, modal dan sarana produksi, pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha. Untuk mewujudkannya dilakukan dengan memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani (Farmers Managed Extension Activities (FMA) melalui wadah kelembagaan Unit Pengelola FMA (UP-FMA). Kabupaten Serang adalah salah satu dari 68 kabupaten/kota di Indonesia yang menjadi lokasi P3TIP. Salah satu inovasi teknologi yang diintroduksikan kepada petani di Kabupaten Serang adalah Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (a) profil petani peserta P3TIP, (b) bantuan teknis dan dana hibah yang diperoleh UP-FMA, (c) pencapaian tujuan (keluaran) P3TIP yang mencakup: perubahan pada perilaku individu dan rumahtangga petani peserta P3TIP, keberdayaan kelembagaan UP-FMA, serta menelaah ada tidaknya penerapan pendekatan learning process dalam pelaksanaan P3TIP dan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian keluaran P3TIP, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian dilakukan di Desa Ciruas, Kabupaten Serang, yang dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan rekomendasi dari pihak BPKP Kabupaten Serang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (survei menggunakan kuesioner terstruktur) dan pendekatan kualitatif (observasi dan wawancara mendalam) untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer meliputi sejumlah variabel bebas dan tidak bebas yang tercakup dalam karakteristik individu dan rumahtangga petani, peranserta petani PTT, input P3TIP, dan keluaran P3TIP pada tingkat individu dan rumahtangga petani peserta, tingkat kelembagaan petani (UP-FMA) dan kelembagaan BPKP. Data sekunder adalah data dan informasi dari sejumlah dokumen tertulis berupa Laporan BPKP, Monografi Desa, serta publikasi tercetak dan elektronik guna melengkapi/mendukung penjelasan atas temuan penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2010.

Penelitian ini mengacu pada beragam konsep, pendekatan, dan teori-teori dalam disiplin ilmu penyuluhan, khususnya tentang studi evaluasi program/proyek penyuluhan yang didukung hasil-hasil empiris dari penelitian sejenis, serta merujuk pada tujuan dan strategi yang digunakan dalam P3TIP. Berdasar hal tersebut, penelitian ini menguji secara statistik hubungan-hubungan antara sejumlah variabel bebas pada: Karakteristik Individu dan Rumahtangga Petani, serta Peranserta Petani dalam P3TIP dengan sejumlah variabel tidak bebas pada Keluaran P3TIP, khususnya Perubahan Perilaku Tingkat Individu dan Perubahan pada Rumahtangga Petani Peserta PTT. Hubungan
Input Proyek P3TIP dengan Keluaran P3TIP pada tingkat kelembagaan petani dan BPKP dianalisis secara kualitatif. Penelitian inipun menguji secara statistik hubungan antar variabel tidak bebas pada keluaran PTT padi, khususnya pada tingkat individu dan rumahtangga petani peserta PTT.

Dari total 45 petani peserta PTT di Desa Ciruas, mayoritas tergolong rendah baik dalam pendidikan formal dan non formal mereka, karenanya sebagian besar pola perilaku komunikasi mereka tergolong lokalit. Rata-rata pengalaman berusahatani padi mereka 23 tahun. Dari total rumahtangga petani peserta PTT, separuhnya tergolong petani lapisan menengah yang menguasai lahan seluas 0,25–0,50 hektar (mayoritas petani penggarap). Hal ini menyebabkan banyak petani memiliki tingkat kebutuhan akan PTT pada kategori sedang (53 persen). Dalam hal karakteristik rumahtangga mereka, diketahui bahwa rata-rata jumlah ART sebanyak enam orang per rumahtangga. Mayoritas ART berjenis kelamin laki-laki dan tidak bekerja (masing-masing sekitar 51 persen), serta separuhnya tergolong usia non produktif (di bawah 15 tahun). Meskipun rasio ketergantungan pada rumahtangga petani PTT tergolong rendah (0,33), namun sekitar 89 persen rumahtangga mereka berstatus rumahtangga miskin.

Kegiatan PRA merupakan bagian dari penguatan kelembagaan petani (UP FMA dan Gapoktan Harum Mekar), sementara lokakarya dan forum desa merupakan penguatan organisasi bagi GAPOKTAN. Meskipun petani peserta PTT di Desa Ciruas berpartisipasi dalam kegiatan PRA bagi penyusunan RDK dan RDKK UP-FMA Harum Mekar, namun menurut mereka gagasan yang menjadi embrio proposal pelaksanaan Kursus Budidaya Padi PTT dominan berdasar usulan penyuluh dan para pengurus UP-FMA serta Gapoktan Harum Mekar. Karenanya, kegiatan PRA dalam proyek sistem PTT padi di desa ini sebenarnya merupakan media komunikasi guna menumbuhkan kesadaran petani agar mereka menjadikan inovasi PTT sebagai kebutuhan yang mereka rasakan; belum menerapkan pendekatan learning process yang sesungguhnya, karena masih ada unsur top down. Kondisi ini membawa pada rendahnya kategori peranserta petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan PTT (58 persen). Meskipun demikian, partisipasi mereka –sebagai kelompok tani- dalam Kursus Budidaya Padi PTT telah memfasilitasi mereka untuk menerima sejumlah materi berbentuk natura yang totalnya senilai Rp2.241.000,-. Dana tersebut merupakan bagian dari total dana yang diperoleh UP-FMA Harum Mekar dari BPKP sebesar Rp12.410.000. Sebagai suatu kegiatan berbasis partisipatif, masyarakat lokal juga berpartisipasi dalam penyediaan dana (Rp2.610.000,-).

Kegiatan kursus Budidaya Padi PTT menyebabkan mayoritas petani peserta PTT (92 persen) tergolong berpartisipasi dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi program PTT. Hal ini membawa pada perubahan perilaku mereka, terbukti dari tidak seorangpun diantara mereka yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, mayoritas (60 persen) tergolong tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak diikuti oleh tingginya sikap mereka terhadap PTT dan tingkat penerapan inovasi PTT oleh mereka, terbukti bahwa mayoritas petani tergolong sedang dalam kedua variabel tersebut, yakni 56 persen untuk Sikap terhadap PTT dan 49 persen untuk penerapan inovasi PTT. Mereka yang tergolong tinggi dalam hal Sikap terhadap PTT dan penerapan inovasi PTT, berturut-turut sekitar 18 dan 16 persen. Kondisi ini tampaknya berhubungan dengan fakta bahwa mayoritas petani peserta PTT tergolong rendah dalam hal tingkat produksi usahataninya (69 persen), dan keadaan ini yang pada gilirannya menjadikan mayoritas mereka juga tergolong rendah dalam hal tingkat pendapatan yang diperoleh dari penerapan inovasi PTT, dengan persentase yang sama.
Adanya Kursus Budidaya Padi PTT membawa pada temuan penelitian bahwa dari lima variabel karakteristik individu petani, hanya tingkat Pendidikan Non Formal yang berhubungan cukup baik terhadap Sikap Petani akan PTT, namun berhubungan kurang baik terhadap Tingkat Penerapan PTT oleh petani peserta PTT. Selain itu, lebih dominannya interaksi diantara sesama petani peserta kursus tersebut membawa pada temuan Pola Perilaku Komunikasi juga berhubungan terhadap Sikap Petani terhadap PTT dan Tingkat Penerapan PTT, meskipun sifat hubungannya juga kurang baik. Temuan lainnya: (a) Jumlah Tenaga Kerja dalam Keluarga berhubungan nyata dengan Tingkat Pengetahuan PTT, dan (b) Luas Lahan Usahatani dan Jumlah Tenaga Kerja Luar Keluarga berhubungan nyata dengan Sikap petani terhadap PTT. Selanjutnya, Luas Lahan Usahatani dan Jumlah Tenaga Kerja Luar Keluarga dan Tingkat Kekayaan Rumahtangga Petani berhubungan nyata dengan Tingkat Penerapan PTT. Dalam hal peranserta petani PTT, diketahui Frekuensi Mengikuti Penyuluhan berhubungan nyata dengan Tingkat Pengetahuan, sementara Tingkat Partisipasi Petani Dalam Programa PTT berhubungan nyata dengan Tingkat Penerapan PTT.
Hasil uji statistik atas hubungan antara lima variabel karakteristik individu petani dengan keluaran pada tingkat rumahtangga menunjukkan hasil bahwa variabel Pola Perilaku Komunikasi dan Tingkat Pendidikan Non Formal berhubungan nyata dengan Tingkat Pendapatan Rumahtangga Petani. Adapun Luas Lahan Usahatani, Tingkat Kekayaan Rumahtangga Petani, dan Jumlah Tenaga Kerja Luar Keluarga berhubungan nyata, baik dengan Tingkat Produksi Usahatani maupun Tingkat Pendapatan.

Kursus Budidaya PTT padi berbasis PRA mampu memfasilitasi tercapainya keluaran kursus. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan nyata antar variabel keluaran tersebut dan mendukung kecenderungan: (a) semakin tinggi tingkat pengetahuan petani PTT semakin tinggi sikap mereka terhadap PTT dan (b) semakin positif Sikap Petani terhadap PTT semakin tinggi Tingkat Penerapan PTT. Meskipun persentase terbesar petani peserta PTT tergolong rendah baik dalam Tingkat Produksi maupun Tingkat Pendapatan mereka, hasil uji statistik menemukan hubungan nyata antara tiga variabel tidak bebas pada keluaran tingkat individu dengan dua variabel tidak bebas pada keluaran pada tingkat rumahtangga.

Keberlanjutan penerapan sistem PTT padi oleh para petani di Desa Ciruas menghadapi permasalahan. Pihak UP FMA Harum Mekar sebaiknya menjadi negosiator untuk membantu petani penggarap dalam meyakinkan petani pemilik atas keunggulan sistem PTT, sehingga mereka mengizinkan penggarapnya melanjutkan penerapan PTT padi di lahan garapannya. Pihak Gapoktan dan UP FMA Harum Mekar sebaiknya melihat langkanya ternak domba/kambing sebagai suatu peluang bagi pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha dengan pihak stakeholders. Namun semua itu menuntut adanya ulur tangan pihak BPP Ciruas dan BPKP untuk meningkatkan penguatan organisasi kepada pengurus UP FMA dan Gapoktan Harum Mekar agar mampu menjalankan peranan mereka dalam melaksanakan pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha sebagaimana ditetapkan dalam tujuan P3TIP.



ABSTRACT LINGGA PERMESTI. STUDY EVALUATION OF FARMER EMPOWERMENT THROUGH AGRICULTURAL TECHNOLOGY AND INFORMATION (FEATI) PROGRAM IN KABUPATEN SERANG. (Case: Desa Ciruas, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten). Supervised by SITI SUGIAH MUGNIESYAH.

The result of previous study on FEATI, especially regarding the introduction of PTT innovation among the paddy community, are lack of attention on the assessment of the project’s outputs in the individual and household levels as well as in the farmer’s institution level. This study demonstrates that of the total of 45 farmers who participated on the FEATI in Ciruas Village, the majority of them are low in their formal and non formal educational level, while their communication pattern is localit. Almost half of them belong to medium category of the social stratification (the average of land holding size was about 0.25 to 0.5 Ha). As most of them are sharecroppers, the PTT farmer’s household are belong to the poor household. This study found that the majority of the farmers was in the medium category of their attitude regarding the PTT. However, the training on PTT’s paddy Cultivation caused the majority of PTT’s farmers participated on agricutural extension programes which was facilitated by UP-FMA and Gapoktan were in high category. This, in turn led to the fact that the majority of the PTT’s farmers were high category on their knowledge on PTT. It is not followed, however, with the high level of their attitude and practice on PTT, as the majority of the farmers were on the medium category on the two aspects, 56 percent and 49 percent respectively. Further, this situation led to the fact that the majority (69 percet) of farmers were low in the level of their rice productivity and household income as well. Interestingly, however, this study found that the training of PTT’s Paddy Cultivation facilitated the achievement of the project’s objectives which is the higher the knowledge of farmers on PTT, the more positive their attitude on PTT, and in turn the higher the implementation of the PTT. The higher the three variables of individual project ouputs the higher the household project outputs. As this study also found that the UP-FMA and Gapoktan are still low in their performance, accordingly, the Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP) should increase their effort to empower the UP-FMA and Gapoktan Harum Mekar so the two farmer organizations could improve their capability to help their members (farmer groups) to increase their household income by developing agribusiness and business partnerships as mandated on the objective of the FEATI.

Key words: Characteristics of Farmers, Individual and Household Project’s Outputs, UP-FMA HarumMekar, BPKP

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "STUDY EVALUATION OF FARMER EMPOWERMENT THROUGH AGRICULTURAL TECHNOLOGY AND INFORMATION (FEATI) PROGRAM IN KABUPATEN SERANG."

Post a Comment

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)