Dunia Lingga

Berani Berbagi Bersama Sekolah Relawan


Tengah malam suara kentongan bergema. Langkah-langkah kaki berderap bergantian. Sesaat berhenti di sebuah rumah, kemudian menuju rumah lainnya. Terdengar sedikit obrolan di antara mereka. 

Aku tanya suami siapa kiranya orang-orang itu. Sedikit ketakutan karena ramai orang tengah malam.

"Itu bapak-bapak lagi ambil jimpitan,"kata suamiku.

Maklumlah saat itu aku adalah warga baru di sebuah desa di kawasan Ceper, Klaten. Aku ikut suami yang memilih mengabdi di kampung halaman setelah sekian tahun menyulam mimpi di Jakarta. 

Jimpitan, apa itu?

Kata suami, sudah menjadi tradisi di kampungnya melakukan jimpitan. Jimpitan merupakan iuran sukarela yang biasanya diambil tengah malam saat jam ronda bapak-bapak. Sesuai dengan kesepakatan, jimpitan besarannya hanya Rp 500 setiap hari. Sementara dulu berupa biasanya berupa beras. 

Setiap rumah akan membuat tempat kecil dari bekas air mineral yang kemudian dipasang biasanya di pagar rumah. Uang jimpitan nantinya dipergunakan untuk kegiatan sosial di desaku seperti pengajian, TPA, hingga tujuh belas agustusan. Dengan jimpitan, keluarga yatim di lingkungan rumahku bisa sekolah hingga dikuliahkan. Betapa luar biasanya kedermawanan masyarakat desaku. 

Tradisi seperti ini nyatanya tak hanya terjadi di desaku. Beberapa daerah di Jawa Barat menyebutnya dengan perelek. Biasanya, seseorang ditugasi untuk mengambil perelek ke setiap rumah warga. Biasanya iuran berupa beras yang nantinya digunakan untuk kepentingan warga.

Aksi kedermawanan ini nyatanya hanya bagian kecil dari dermawannya manusia Indonesia. Tak hanya di pedesaan, perkotaan pun tak kalah semangatnya. Aksi kedermawanan di masjid-masjid, perkantoran, mall hingga rumah makan. 

Tak heran jika menurut World Giving Index (WGI) 2015, Indonesia berada di posisi 12 negeri berpenduduk paling dermawan di dunia. Sedang kesusahan pun, warga siap membantu. Bantuan kadang digalang dari ranah publik, bukan dari yang berkuasa.



Masih lekat dalam ingatan, masyarakat Indonesia berbondong-bondong berdonasi untuk membantu Filipina yang hancur berkeping-keping karena topan Haiyan 2013 lalu. Konflik di Rakhine, hingga bantuan kemanusiaan untuk Palestina masih kerap berjalan. Sampai-sampai ada Rumah Sakit Indonesia di Palestina. Belum lagi beberapa waktu lalu sebuah lembaga sosial Indonesia mengirim 1000 ton beras ke Somalia. Di dalam negeri, aksi relawan terekam jelas saat bencana tsunami Aceh 2004.

Di balik dermawannya masyarakat Indonesia, ada relawan yang bekerja keras mewujudkan semua itu. Coba tengok bapak-bapak ronda di desaku yang bertugas mengambil jimpitan. Apa mereka dibayar? Nyata-nyatanya tidak. Karena ini semua soal rasa. Apa para relawan digerakkan? Yang jelas hati mereka tergerak, tanpa harus menunggu SK gubernur.

Para relawan ini tak perlulah dibuatkan undang-undang untuk mengeluarkan harta bagi sesama. Apakah mereka mengikuti program amnesti pajak atau tidak dengan dititah ungkap, tebus lega. Mereka-mereka inilah yang dengan secara sembunyi-sembunyi menyalurkan harta mereka dan menyembunyikannya dengan menuliskan hamba Allah. 

Tak dapat berkontribusi dalam materi, relawan mencurahkan tenaga dan waktunya untuk membantu sesama. Apa peran relawan dalam negeri seribu bencana di Indonesia? Saya kira tak perlu banyak dijabarkan. Bukan..bukan pak presiden yang datang pertama kali ke wilayah bencana. Tapi para relawan. Merekalah yang paling pertama dan siap datang membantu tugas-tugas kemanusiaan itu. Percayalah, para relawan menjadi salah satu bagian yang paling depan sampai lokasi bencana. Percayalah, para relawan ini yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. 






Tak berhenti sampai situ, para relawan ini menyiapkan program setelah bencana (recovery) untuk masyarakat yang terkena trauma bencana. Program-program berupa trauma healing untuk anak-anak dilancarkan. Siapa yang turun? Merekalah relawan-relawan dari berbagai profesi seperti dokter, psikolog dan masyarakat biasa. Meski beberapa diantara para relawan ini turun hanya dengan semangat, tanpa ada pengetahuan teknis bahkan wawasan mumpuni saat ikut aksi kerelawanan. 

Ramadhan Berani Menebar Kebaikan

Di hari-hari biasa pun, para relawan ini siap siaga membantu. Tentu, saat Ramadhan berani berbagi lebih banyak lagi, lebih massif lagi. Berbagai program dilakukan oleh beragam komunitas dan lembaga sosial. Gerakan fundraising di Ramadhan semakin menjadi suatu kewajiban meski diharapkan bukan seremonial.

Salah satu lembaga yang massif melakukan program-program kerelawanan dan kedermawanan adalah Sekolah Relawan. Sekolah Relawan yang berdiri tanggal 13 Januari 2013 ini diinisiasi oleh Bayu Gawtama yang berpengalaman dalam dunia relawan kemanusiaan. Berbagai program sosial kemanusiaan, edukasi relawan, advokasi dan pemberdayaan masyarakat dilancarkan oleh lembaga ini. 

Program sosial kemasyarakatan. 
Di Ramadhan, berbagai program dilakukan. Tentu kita amat hafal bagaimana bunyi pasal 33 UUD yang menyebut negara menjadi entitas paling bertanggung jawab terhadap kehidupan fakir miskin dan anak-anak terlantar. Negara konon katanya memelihara fakir miskin dan anak terlantar. 

Namun, tak perlu sibuk-sibuk mempertanyakan kerja negara, Sekolah Relawan sudah memulainya. Program seperti FoodBOX, Free Food Car, Kampung Dugdug, Belanja Bareng Yatim dan Dhuafa, Kado Sambut Ramadhan, Kado Lebaran layaknya program-program memelihara fakir dan miskin yang seharusnya dilakukan negara.

Free Food Car misalnya, melayani kaum dhuafa, fakir, miskin dan yatim dalam bentuk makanan gratis. Yang menarik, relawan dan donatur akan melayani secara langsung para penerima manfaat mulai dari mengambilkan nasi hingga merapikan makanan. 



Tak jauh berbeda, program FoodBOX menyediakan makanan yang tersaji dalam showcase hangat. Di sini, donatur dapat menyumbang berupa materi maupun asupan makanan langsung ke lokasi. FoodBOX edisi Ramadhan diklaim merupakan program favorit bagi warga yang ingin berdonasi saat jam berbuka puasa dan sahur. 

Belanja Bareng Yatim dan Dhuafa, Kado Sambut Ramadhan, Kado Lebaran menjadi program yang dapat memuliakan para penerima manfaat. Tak perlulah masyarakat miskin ini menunggu inisiatif negara, karena para relawan dari Sekolah Relawan lagi-lagi kembali turun ke masyarakat kecil. Kebutuhan pokok, bahkan sandang para mustahik ini diperhatikan oleh teman-teman Sekolah Relawan. 

Program pemberdayaan masyarakat.
Tak hanya bantuan jangka pendek, para penerima manfaat naik kelas sebagai pengusaha, meski levelnya UMKM seperti terangkum dalam program pemberdayaan seperti Naik Pangkat (bantuan modal dagang). Semua tak jadi masalah bukan, karena para penerima manfaat tak lagi mengulurkan tangannya untuk meminta minta. Ini berarti ia telah menyelamatkan iman sekaligus kemuliaannya. 



Sekolah Relawan juga membentuk community center, yang merupakan pusat pengembangan komunitas untuk membina suatu desa dan melakukan pendampingan terhadap desa tersebut. Seakan tak ada lelahnya, program pemberdayaan seperti Sumur Ustman (instalasi air untuk masyarakat), Tatar Nusantara, hingga volunteer entrepreneurship dilakukan untuk masyarakat Indonesia yang membutuhkan.  


Sumur Ustman sendiri di tahun 2017 ini ditargetkan sebanyak 100 sumur dengan biaya per paketnya 35 juta Rupiah untuk daerah sekitar Jawa dan 50 juta Rupiah untuk daerah luar Pulau Jawa.

Program Edukasi Relawan.
Program-program kerelawanan pun dirancang agar para relawan tak hanya punya semangat, tapi juga mengetahui teknis dan wawasan memadai. Seperti yang kita semua tahu, negeri kita memang diberkahi dengan beragam bencana. Kita berkawan dengan banjir, akrab dengan erupsi gunung berapi. Bukan hanya harus bisa membiasakan diri dengan berbagai bencana, tapi masyarakat Indonesia perlu edukasi mengenai kerelawanan.



Program seperti community development training, volunteer management training, volunteer camp dan program kerelawanan lainnya dilakukan guna meningkatkan kapasitas dengan pemberian keterampilan dan wawasan bagi para relawan. Di Ramadhan, Sekolah Relawan juga tetap melakukan edukasi relawan ke sekolah-sekolah seperti gambar di atas.

Sementara dalam program advokasi, Sekolah Relawan juga kerap bermitra dengan pemerintah dan pendampingan masyarakat 

Rasanya masih amat banyak yang belum saya jabarkan mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh Sekolah Relawan. Pasti masih banyak lagi program-program nyata yang terus tumbuh untuk mengobati pesimisme anak bangsa. Dari lembaga seperti Sekolah Relawan, kita belajar bahwa, kita bisa melakukan banyak hal dari kantong-kantong kita sendiri. Kita belajar bahwa, menebar kebaikan akan kembali kepada penebar kebaikan. Ingat Berbagi, Ingat Sekolah Relawan :)



*Tulisan ini disertakan dalam lomba yang diadakan oleh Sekolah Relawan


  

Subscribe to receive free email updates:

12 Responses to "Berani Berbagi Bersama Sekolah Relawan"

  1. Semoga sekolah relawan makin sukses ya mba. Semakin menginspirasi untuk berbuat kebaikan.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah ya sekolah Relawan semakin menebar kebaikannya
    bulan lalu juga ada car food free di sini, tapi aku belum sempet lihat mba

    ReplyDelete
  3. di kampungku juga ada jimpitan mbak...Sekolah Relawan memang selalu menebar kebaikan

    ReplyDelete
  4. Pernah jadi relawan juga pas gempa Padang.. baca ini jadi nostalgia lagi mba

    ReplyDelete
  5. Salut banget sama Sekolah Relawan. Alhamdulillah masih banyak orang-orang yang mau berbagi kebaikan. Semoga mereka diberi berkah yang berlimpah sama Allah swt. aamiin

    ReplyDelete
  6. Sering dengar dan baca info mengenai sekolah relawan ini. Emang keren yakk..

    ReplyDelete
  7. Berbagi dan ikhlas itu ciri sejati orang Indonesia ya...

    ReplyDelete
  8. Setuju, orang Indonesia memang ramah dan saling membantu. Yang suka nyebar hate speech itu cuma buzzer yang lagi kerja :p
    Btw zamanku SD keknya masih ada jimpitan. Kalau sekarang udah ga ada

    ReplyDelete
  9. Sekolah relawan keren ya... salut dengan semua programnya. Semoga kegiatannya semakin berkembang dan semakin luas jangkauannya.

    ReplyDelete
  10. Di rumah ortuku di SBy istilahnya jg jimpitan, gak cuma uang kadng beras.
    Wah sekolah relawan ini basecampnya di Depok ya mbak? Aku blm pernah ikutan acaranya, moga kapan2 ada kesempatan
    TFS

    ReplyDelete
  11. program jimpitan itu keren ya mb, jadi pengen diterapkan di tempat aku tinggal nih.

    Dan semoga makin banyak lembaga kayak Sekolah Relawan ini ^^

    ReplyDelete
  12. Salut banget aku sama teman2 di sekolah relawan ini, kegiatan positifnya bamyak dan sangat menginspirasi

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)