Dunia Lingga

Dompet Dhuafa adalah Indonesia Itu Sendiri

Sumber Foto: Dompet Dhuafa

Berlebihankah menyebut Dompet Dhuafa adalah Indonesia itu sendiri? Saya kira tidak. Melihat kerja-kerja amal dari relawan Dompet Dhuafa, rasanya seperti melihat kerja-kerja membangun Indonesia.

Dompet Dhuafa kini menjelma menjadi lembaga filantropi yang membantu hampir semua kebutuhan dasar masyarakat Indonesia. Negara sejatinya yang bertugas mencukupi hajat hidup orang banyak. Pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, bencana dan kebangkitan ekonomi.

Lebih dari dua dekade Dompet Dhuafa hadir menemani bangsa ini. Saya melihat apa yang dilakukan Dompet Dhuafa saat ini mungkin jauh lebih besar dari ekspektasi segelintir wartawan muda yang hanya berkeinginan menyalurkan dana sosial. Dompet Dhuafa menjelma menjadi Indonesia itu sendiri.

Saat tahun ini Dompet Dhuafa menggeber slogan Zakatnesia, mungkin memang hanya Dompet Dhuafa yang pas menyandang slogan itu. Tanpa mengecilkan peran lembaga lain, peran-peran besar Dompet Dhuafa di setiap lini kehidupan masyarakat begitu terasa. Ya, setiap lini kehidupan. Percayalah, Dompet Dhuafa hadir di banyak medan pengabdian.

Pengentasan kemiskinan. Kita tentu amat hafal bagaimana pasal 33 UUD menyebut negara menjadi entitas paling bertanggung jawab terhadap kehidupan fakir miskin dan anak-anak terlantar. Negara memelihara fakir miskin dan anak terlantar (katanya). Sementara Dompet Dhuafa memberdayakannya. 

Filosofi zakat bukan sekadar memberikan bantuan konsumtif. Memelihara saja. Tapi zakat harus bisa membuat penerimanya naik kelas. Memberdayakan. Dalam konteks ini, Dompet Dhuafa sudah melakukan banyak hal. Melalui tajuk Masyarakat Mandiri dan Institut Kemandirian, Dompet Dhuafa berusaha memutus rantai kemiskinan. Para mustahik naik kelas sebagai pengusaha, meski levelnya UMKM. Tak masalah. Orang yang tak lagi mengulurkan tangannya meminta-minta berarti telah menyelamatkan iman sekaligus kemuliaannya.  

Sumber Foto: Dompet Dhuafa

Pendidikan. Apa yang bisa memutus rantai kemiskinan dalam sebuah generasi? Jawabannya pendidikan. Harus ada anak-anak dari generasi ini yang berangkat sekolah di pagi hari, berteman dengan buku dan bergumul dengan aksara. Negara ini pun amat sadar dengan pentingnya. Euforia reformasi telah memaksa anggaran APBN wajib disisihkan 20 persen untuk pendidikan. Sebuah niat yang amat baik tentu saja. Tapi kita paham berapa persen yang memang benar-benar dialokasikan untuk pengembangan pendidikan anak bangsa. Saya tak tahu. Yang saya tahu tak banyak perbedaan. Itu saja.

Tapi ada orang-orang yang tak sibuk mengurusi kesalahan negara. Salah satunya adalah Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa justru mengajak semua pihak untuk berkolaborasi. Dompet Dhuafa membangun sekolah gratis Smart Ekselensia. Sekolah gratis dengan kualitas jempolan. Dompet Dhuafa ingin mendobrak stigma sekolah Islam itu mahal. Sementara sekolah gratis itu jelek. Smart Ekselensia memadukan dua hal. Islami, gratis dan berkualitas. 

Sumber Foto: Dompet Dhuafa

Ratusan atau mungkin ribuan beasiswa diberikan kepada anak-anak dhuafa yang ingin meraih mimpi diwisuda sebagai sarjana. Saya punya banyak kawan yang menyelesaikan kuliah lewat program beasiswa Etos Dompet Dhuafa. Saya paham latar belakang mereka. Mungkin keluarga mereka tak pernah berharap melihat anaknya menjadi mercusuar keluarga di berbagai perguruan tinggi negeri. 

Kini, teman-teman saya benar-benar naik kelas. Para Etoser (begitu mereka kerap dipanggil) sudah tumbuh menjadi wirausaha, peneliti, melanjutkan pendidikan sampai nun jauh di luar negeri, pegawai negeri sipil dengan pendapatan melebihi UMR, pekerja sosial yang tak lupa asal usulnya dan masih banyak lagi. Beasiswa aktivis, bantuan pendidikan bagi anak-anak usia dasar, sekolah guru Indonesia  menjadi pelengkap program pendidikan ini.

Beberapa waktu lalu mampir sebuah informasi di handphone saya. Sebuah lowongan untuk menjadi dosen. Dosen di Dompet Dhuafa University. Saya tak bisa membayangkan sebuah kegiatan penyaluran bantuan sosial dari sekelompok wartawan kini menjelma menjadi sebuah universitas. Ya, universitas, bukan sekadar sekolah tinggi atau lembaga kursus. Rasanya baru Dompet Dhuafa lembaga zakat yang mendirikan universitas. Dompet Dhuafa University adalah jelmaan paling tepat untuk menggambarkan apa yang sudah Dompet Dhuafa lakukan untuk Indonesia.

Kesehatan. Berapa keluarga yang harus jatuh miskin bersebab terkurasnya harta untuk biaya pengobatan anggota keluarga? Di Indonesia, takut akan penyakit tak lebih menyeramkan dibanding takut atas besarnya tagihan biaya pengobatan. Kita percaya dokter-dokter di Indonesia belajar dengan amat baik saat kuliah. Sehingga kualitas tenaga medis dan ketersediaan obat bukan menjadi masalah berarti. Tapi soal biaya nampaknya jauh lebih menyeramkan dibanding kabar sebuah penyakit kronis.

Dompet Dhuafa lagi-lagi hadir. Seolah tak pernah lelah setelah bejibun program lainnya. Dompet Dhuafa mendobrak kebiasaan membayar mahal untuk pengobatan, jauh sebelum konsep BPJS hadir. Bahkan di tengah beragam masalah mengikuti BPJS, Dompet Dhuafa tetap melaju memberikan pelayanan kesehatan gratis. 

Yap, lewat Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa ingin menghilangkan ketakutan masyarakat atas biaya mahal pengobatan. Pasien tak perlu memikirkan biaya. Fokus cukup digunakan untuk proses kesembuhan. Berapa pasien LKC? Ribuan kemugkinan.

Sumber Foto: Dompet Dhuafa

Tak puas dengan LKC, Dompet Dhuafa membangun rumah sakit! iya tak salah benar-benar rumah sakit dengan segala fasilitas setaraf rumah sakit. Namun Dompet Dhuafa menamainya dengan Rumah Sehat Terpadu. Biaya? Tentu saja gratis. Jikapun ada yang berbayar ditujukan bagi masyarakat mampu yang ingin menikmati layanan kesehatan Dompet Dhuafa. Subsidi silang. Dan lagi-lagi, mungkin hanya Dompet Dhuafa lembaga zakat yang memiliki rumah sakit. Apakah menteri kesehatan RI harus berterima kasih kepada Dompet Dhuafa? nampaknya kawan-kawan Dompet Dhuafa tak mengharapkan itu.

Dakwah. Dompet Dhuafa adalah lembaga amil zakat. Geraknya bernafaskan nilai-nilai Islam. Maka jangan tanya lagi apa peran Dompet Dhuafa bagi dakwah Islam. Dompet Dhuafa membentuk Cordofa, sebuah perkumpulan dai yang siap dikirim di daerah-daerah yang tak mungkin tersentuh Kementerian Agama untuk membinanya. Corps Dai Dompet Dhuafa siap berangkat mengemban tugas itu. Apakah dakwah Cordofa hanya menerangi Nusantara? Kabar yang mampir ke saya, dakwah Cordofa sudah sampai ke Hongkong hingga Australia. 

Dakwah mungkin yang menjadi ruh para pekerja sosial Dompet Dhuafa bisa bekerja dengan kekuatan seperti saat ini. Perkembangan Dompet Dhuafa yang amat pesat dan semangat melayani nampaknya lahir dari rahim semangat bernama dakwah. Dalam jalan ini rasanya kekecewaan amat susah ditemui. Pekerja sosial seperti mereka perlu pegangan yang amat kuat agar tetap bertahan. Dakwah memberi pilihan itu.
Sumber Foto: Dompet Dhuafa


Penanggulangan Bencana. Berapa kali kita kerap mendengar lantunan Ebiet G Ade di televisi diiringi gambar-gambar kesedihan dari korban bencana? Sering. Bahkan teramat sering. Negeri kita diberkahi dengan jalur gempa bumi. Kita sangat akrab dengan erupsi berbagai gunung berapi yang masih aktif. Kita berkawan dengan banjir. Kita harus membiasakan diri dengan berbagai bencana. Longsor hingga tsunami menjadi pelajaran besar bangsa ini.



Lalu apa peran Dompet Dhuafa dalam bencana? Saya kira saya tak perlu menerangkan. Siapa pertama kali yang datang ke wilayah bencana? Bukan pak presiden. Tapi para relawan. Siapakah para relawan di luar relawan pemerintah semodel Basarnas dan Tagana? Percayalah jika saya bilang relawan lembaga zakat yang paling pertama dan siap datang membantu tugas-tugas kemanusiaan itu. Dompet Dhuafa? Percaya sama saya mereka menjadi salah satu bagian yang paling depan sampai di lokasi bencana. Bukan untuk selfie tentu saja. 

Relawan Dompet Dhuafa menjelajahi negeri dari Aceh, Padang, Yogyakarta, Pangandaran, Wasior, Kebumen, Purworejo, Bandung Selatan, Banjarnegara, Jakarta. Kemudian mereka menyebrang batas-batas geografis negara untuk menyampaikan amanah ke Gaza, Suriah, Mesir, Somalia. 

Program Kekinian


Cukupkah menggambarkan kerja-kerja zakat untuk Indonesia yang dilakukan Dompet Dhuafa? Ternyata belum kawan. Dompet Dhuafa mengajak kita berpacu dengan aksi-aksinya yang amat sangat banyak. Tak hanya masuk pada program-program yang menjadi kebutuhan dasar, Dompet Dhuafa masuk ke program-program yang bahkan amat jarang disentuh pekerja filantropi Islam yang lain.

Film. Bisa bayangkan lembaga zakat masuk ke gedung-gedung bioskop yang kerap digelari dekat dengan hedonisme? Dompet Dhuafa masuk. Dompet Dhuafa membiasakan orang-orang yang rajin ke bioskop untuk mengenal frasa zakat. Dompet Dhuafa masuk mendukung film-film yang memiliki pesan yang amat positif. Dompet Dhuafa juga membuktikan, lembaga filantropi bukan hanya bisa menengadahkan tangan menjulurkan proposal. Dompet Dhuafa membuktikan diri sejajar dengan korporat profesional yang bisa diterima banyak kalangan. Film "Dream" dan "Ketika Mas Gagah Pergi 2" menjadi jawaban Dompet Dhuafa bisa amat dekat dengan penikmat layar lebar ini.

Sumber Foto: Dompet Dhuafa

Hukum. Apa yang terpikir jika kita mengalami masalah hukum di Indonesia? Ya benar biaya. Bukan soal bagaimana fakta hukum itu bisa melindungi yang lemah, tapi berapa biaya yang harus dihabiskan untuk mengurus ini dan itu. Apalagi para dhuafa sejurus tak paham benar bagaimana hukum bisa melemahkan mereka.

Dompet Dhuafa hadir dengan inovasi baru. Mereka mendirikan Pusat Bantuan Hukum (PBH) untuk para dhuafa yang terpaksa harus berurusan dengan hukum. Mau menggunakan jasa pengacara PBH Dompet Dhuafa? Tak perlu bayar alias gratis. 

Sumber Foto: Dompet Dhuafa

Anti Korupsi. Isu anti korupsi bukan milik segelintir pihak. Lembaga zakat juga sangat relevan mendirikan pusat kajian soal musuh terbesar bangsa tersebut. Dompet Dhuafa, dengan kesadaran yang amat baik, mendirikan Pusat Belajar Anti Korupsi (PBAK). Sebuah wahana yang menjadi pembela nomor satu bangsa ini dari keterpurukan korupsi.

Sumber Foto: Dompet Dhuafa


Teknologi. Di era native digital ini Dompet Dhuafa tak lupa menjadi bagian dari gerbong besar kemajuan zaman. Membayar zakat pun tak harus keluar rumah. Lewat berbagai inovasi semisal QR Code, situs e-commerce, situs crowd funding, Intenet Banking, Mobile Banking, SMS Banking, kartu kredit, Paypal, dan ipaymu orang dengan mudah bisa menunaikan kewajibannya sebagai Muslim dan anak bangsa. 
Sumber Foto: Dompet Dhuafa


Rasanya sudah amat banyak yang dilakukan Dompet Dhuafa? Masih ada lagi? Pasti masih ada lagi. Dompet Dhuafa harus terus tumbuh untuk mengobati pesimisme anak bangsa yang sudah mulai menggejala. Bahwa kita, bisa melakukan banyak hal dari kantong-kantong kita sendiri. Dan itu sebenar-benar Zakatnesia. Zakatnesia, Berkah Untuk Indonesia.


Tulisan Ini Disertakan Dalam Lomba Zakatnesia Dompet Dhuafa


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Dompet Dhuafa adalah Indonesia Itu Sendiri"

Post a Comment

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)