Dunia Lingga

Ketika Arfa ke Dokter THT Klaten Pertama Kalinya


Orang tua mana sih yang mau melihat anaknya sakit. Saya kira kalau melihat anak sakit, rasanya sebagai orang tua, kalau bisa kita saja yang di posisi anak. Nggak tega rasanya ya kan melihat anak kesakitan.

Saya kerap kali di posisi itu. Anak sakit kerap dibaperin. Bisa-bisa orang tuanya yang sakit karena memikirkan yang sakit. Belum lama ini, ada kejadian yang bikin kami deg-degan. Telinga Arfa tiba-tiba mengeluarkan darah. Kaget dong saya pas tiba-tiba suami mengucap istigfar.

"Ya Allah, maafin bapak naak,"teriak suami.

"Kenapa?"tanya saya.

"Ini telinga Arfa berdarah, tadi Aa bersihin pakai cotton buds,"kata dia.

Ya Allah..saya cuma bisa istigfar melihat lubang telinga Arfa berdarah. Saya saja yang sudah besar begini belum pernah merasakan itu. Pasti sakit dan berdenging rasanya. Arfa itu kalau nggak sakit banget dia jarang mengeluh. Jatuh pun bangun lagi dan lanjut lari. Beda sama sakitnya kali ini, dia memegang telinganya berkali-kali. Saya takut ada apa-apa dengan gendang telinganya.

"Ini sakit buu..!"sambil mengeluh dan mengarahkan tangannya ke telinga.

Sontak saja kami shock..bingung karena hari itu hari Jumat. Jarang sekali dokter THT di Klaten yang praktik pada weekend. Suami mencoba menelepon RS PKU Muhammadiyah Delanggu dan syukurnya di hari Sabtu ada dokter THT praktik jam 09.00. Untuk pertolongan pertama, kami berobat ke dokter umum di daerah Besole, Klaten.

Dokter umum ini menyenter telinga Arfa dan membersihkan area luar yang darahnya mulai mengering. Dokter nggak berani untuk melakukan lebih jauh karena memang bukan kapasitasnya. Ia hanya memberikan antibiotik untuk pencegahan infeksi.

Malamnya Arfa tidak bisa tidur nyenyak. Minta dipeluk dan sedikit rewel. Saya maklum karena pasti rasanya nggak nyaman banget. Jadi pelajaran buat saya dan suami jika membersihkan telinga cukup luarnya saja, jangan sampai mencongkel-congkel hingga ke dalam. Jadi pelajaran juga jangan sampai memperlihatkan ke anak batita dan balita jika kita sedang membersihkan telinga. Bisa-bisa dia ikutan dan mencobanya karena penasaran.

praktik dokter tht di klatenKeesokannya, kami ke RS PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. Pas sampai disana pukul 09.00 seperti yang dijanjikan, ternyata dokter THT-nya mengundur jadwal praktik menjadi pukul 13.00. Kecewa sih karena berharap Arfa segera ditangani.

Akhirnya kami mencoba telepon rumah sakit dan klinik dokter THT di Klaten lainnya. Kami menelepon RS Cakra Klaten dan ternyata dokter THT praktik pada hari Senin. Masa harus nunggu sampai Senin? Wah buat kesehatan anak coba-coba. Kami telepon RS Bagas Waras pun ternyata tidak ada dokter THT yang praktik.

Mencoba telepon klinik dokter THT di Klaten sebagian besar buka di sore hari. Akhirnya kami pulang kembali ke rumah dan akan menelepon kembali RS PKU Muhammadiyah Klaten. Sudah jam 13.00, kami telpon dan call centernya memberi tahu bahwa dokter THT tidak jadi praktik. Waduuh..makin galaulah kita..

Lantas saudara suami suggest untuk menelepon ke dokter THT yang praktik di Kimia Farma Klaten. Saudara suami pernah berobat telinganya yang sakit di sana dan dokternya lumayan asik. Alhamduah, dokter THTnya praktik bakda magrib. Nama dokternya Dr Bambang Purwoatmodjo. Kedèngeran dari namanya sih seperti turunan ningrat. Eh benar saja, ketika saya cari namanya di google, keluar artikel bahwa dokter Bambang ini memang memiliki darah keraton. Sudah cukup senior dengan berbagai jabatan yang pernah diembannya.

praktik dokter tht di klaten biaya
Kami sudah datang pukul setengah enam untuk mendaftar terlebih dahulu. Bagian apotik memang sangat bersih. Namun, ketika ke bagian ruang tunggu dokter, terlihat cukup 'tradisional'. Daftarnya pun biasa dengan kartu yang langsung dibuat oleh perawat atau entah hanya administrasi staf saja. 

Kami kebagian urutan ke enam. Untuk satu orang pasien cukup lama ya..bisa sepuluh menit. Akhirnya kami putuskan untuk mencari makan terlebih dahulu karena perut sudah minta diisi. Di depan apotik Kimia Farma banyak makanan kaki lima mulai dari nasi goreng, jajanan, hingga bakso tengkleng. Sudah puas makan, kami kembali ke ruang tunggu dokter THT yang saat itu ramai dibanding ruang tunggu dokter spesialis lainnya. Mungkin karena jarangnya dokter THT praktik di weekend jadi tempat praktim ini ramai sekali.

Tibalah kami dipanggil oleh mbak-mbak administrasi yang cukup judes itu kemudian disambut oleh dokter yang ramah. Tapi kok dokternya muda? Tanya saya dalam hati. Bukannya dokter THT Bambang sudah senior ya? Ternyata beliau merupakan dokter pengganti yang tidak saya ketahui namanya. Pihak klinik Kimia Farma tidak memberitahukan bahwa dokternya diganti atau memang saat saya pergi mencari makan diberitahu pada pasien? Entahlah..

praktik dokter tht di klaten

Dokter meminta Arfa untuk duduk di kursi pasien, tapi akhirnya digendong suami. Dengan alat apa saya nggak ngerti, senternya tepat ke arah lubang telinga. Dokter THT meminta saya untuk melihat ke arah lubang telinga yang disenter. 

"Ibu lihat kan..di dalam itu darahnya sudah membeku,"kata dokter.

Lantas dokter membandingkan dengan kondisi lubang telinga sebelah kiri yang normal.

"Bagaimana Bu, lihat kan bedanya?"kata dia.

Kondisinya memang terlihat sangat beda. Telinga kanan Arfa yang berdarah dipenuhi darah yang membeku dan mulai menghitam. Sementara lubang telinga kiri normal-normal saja.

Dokter menjelaskan, bagian bekuan darah itu sebenarnya dirasa baik karena dapat mencegah pendarahan lebih lanjut. Menjadi masalah adalah jika pendarahan itu berasal dari gendang telinga yang robek. Jadi untuk saat ini, dokter hanya akan memberi obat antibiotik tetes Otopain yang ada pereda nyerinya. Kami diminta untuk kontrol kembali di hari Rabu. 
praktik dokter tht di klaten
Dokter THT yang cukup ramah ini juga menjelaskan agar kami tak membersihkan telinga dengan cotton bath karena dirasa cukup berbahaya. Setelah penjelasan cukup singkat, kami diminta bayar langsung sebesar Rp 200.000. Sementara obat bisa diambil di apotek Kimia Farma. Untuk obat sendiri harganya sekitar Rp 70.000. Kami tidak diberi obat minum karena dokter THT meminta untuk menghabiskan obat minum antibiotik yang sudah diberikan oleh dokter umum.

praktik dokter tht di klatenSampai di rumah, obat tetes dengan pemberian tiga kali sehari itu kami coba di Arfa. Pada awalnya Arfa tidak menolak. Namun kemungkinan besar obatnya memberi efek gatal dan perih sehingga Arfa terlihat trauma dan tidak mau. Jadi kami akali untuk memberikan obat tetes itu saat pagi sebelum bangun, ketika tidur siang dan tidur malam.

Alhamdulillah pendarahannya terhenti meski sering keluar kotoran bekuan darah dari lubang telinganya. Ketika kontrol ke dokter THT Kimia Farma di hari Rabu, kami mendapat urutan kedua. Dokternya kali ini berbeda, perempuan dan saya nggak tahu siapa namanya. Mengapa ganti-ganti seperti ini ya? Dokter THT baru mungkin tidak akan sama memberikan diagnosa, bukan?

Setelah masuk, bu dokter THT terlihat amaze melihat Arfa yang anteng duduk di kursi pasien. Tanpa tangisan, dokter membersihkan bagian darah yang membeku. Akhirnya diagnosa lumayan membuat deg-degan yang menyatakan terlihat lubang di gendang telinganya. Tapi dokter meminta kami tidak khawatir terlalu berlebihan. Karena anak-anak proses penyembuhannya cepat asalkan diberi gizi yang seimbang. Dokter mengganti obat tetes yang murni antibiotik untuk mengobati gendang telinga yang berlubang tersebut. Saya lupa nama obatnya, harganya sekitar Rp 107.000 dan biaya dokter Rp 200.000.

Arfa juga diminta untuk tidak berenang terlebih dahulu selama lebih kurang dua bulan karena dalam masa penyembuhan. Ketika menyampo pun, telinga harus ditutup kapas yang ujung luarnya diberi baby oil. Fungsinya agar air tidak masuk ke dalam lubang. Arfa juga diharapkan untuk tidak sakit batuk pilek. Mengapa? Karena jarak saluran antara hidung dan telinga hanya sekitar 3cm saja. Jika pilek, bisa menyebabkan infeksi dan telinga keluar nanah.

Semoga, dari tulisan ini teman-teman pembaca bisa mengambil pelajaran agar berhati-hati saat membersihkan telinga anak. 
1. Kalau bisa membersihkan bagian luarnya saja
2. Usahakan membersihkan telinga saat anak sedang tidur, sehingga tidak mengalami kejadian seperti kami karena saat itu Arfa sedang aktif dan mungkin tanpa sengaja membersihkannya menjadi terlalu dalam
3. Jangan membersihkan telinga di depan anak batita dan balita karena ada kemungkinan mereka akan meniru dan mencontohnya. Menurut dokter, banyak pasiennya yang karena keteledoran orang tua tidak memperhatikan apa yang dipegang anak. Sempat ada pasiennya yang memasukkan biji kacang hijau, kancing dll ke dalam hidung atau telinga.

Oiya buat teman-teman yang mau mencari dokter THT di Klaten, mungkin bisa mencoba ke klinik Kimia Farma di Jalan Pemuda No 215 dengan telepon (0272) 324849. Teleponlah terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi apakah dokter THT-nya praktik atau tidak. Doakan agar Arfa segera recovery dengan cepat yaa..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Arfa ke Dokter THT Klaten Pertama Kalinya"

Post a Comment

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)