Dunia Lingga

Ramadhan Itu dan Segala Kenangan Tentangnya



Ramadhan dan segala kenangan tentangnya

Sekelompok anak kecil berlarian tak tentu arah, tertawa lepas hingga urat lehernya jelas terlihat, keringat memenuhi wajah dan rambut. Berlarian, berkejar-kejaran dengan kawan sebaya. Gelak tawa bersahutan selepas tarawih. Gelap di Ramadhan memang membahagiakan, karena kita telah menempuh perjuangan.

Ramadhan itu dan segala kenangan tentangnya

Tiba waktu salat tarawih berjamaah meski terkadang tak genap. 23 rakaat atau 11 rakaat sama saja. Sama-sama lelahnya. Sama-sama membosankan. 

Saat 23 rakaat, imam mempercepat bacaan dengan kecepatan di atas rata-rata.  11 rakaat imam memperpanjang bacaan, berdiri jadi lebih lama. Alhasil, bercanda jadi sajian utama tarawih. Menjawil telinga teman, menginjak kaki teman saat salat atau mengeraskan bacaan 'Aamiin'. Lelah, tapi membahagiakan. Gelap yang membahagiakan.

Tampak buku-buku kegiatan Ramadhan menumpuk di meja kecil di muka masjid. Buku-buku itu akan diserahkan ke imam untuk ditandatangani. Sebagai tanda hari itu ikut salat tarawih. Buku itu nanti diserahkan ke guru agama, jika terisi penuh bisa dapat nilai mata pelajaran agama gemilang.

Anak-anak kecil itu mengerumuni imam tunggu giliran bukunya ditandatangani. Ramadhan belum genap tapi buku Ramadhan harus penuh terisi agar nilai agama nyaris sempurna. Harus dipaksa agar terbiasa.

Malam-malam diguyur syahdu illahi. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Menghitung sudah dapat berapa juz malam ini. Mengaji pun dikebut agar khatam selama Ramadhan. Terkadang lembaran demi lembaran dilewati agar bacaan terlihat sudah tebal.

Ramadhan itu, dan segala kenangan tentangnya.

Belum tiba waktu berbuka, wajah tengil berpura-pura kehausan di hadapan ibunda padahal telah sukses menyeruput air wudhu. Lebih kejam lagi, anak kecil itu berlama-lama saat mandi. Entahlah apa yang dibersihkan, yang jelas, bisa mencicipi kilauan air bak mandi agar tenggorokan tak terlampau kering adalah kebahagiaan sempurna. 

Semua ini adalah gara-gara iklan sirop di televisi yang tayang di siang hari. Godaan sirop meruntuhkan nyali anak kecil itu untuk terus menahan diri.

Detik demi detik seakan melaju lama. Selepas asar godaan untuk berbuka semakin besar. Meminta berbuka segera mungkin jadi hal mustahil.

Masih lama jelang magrib, menyalakan televisi dan mencari stasiun televisi yang menyiarkan azan paling cepat menjadi rutinitas. Atau sayup-sayup mendengar azan dari surau sebelah. Perlindungan ganda dengan menyetel radio, khawatir  sudah menyeruput es kelapa padahal waktu berbuka belum tiba.

Azan tiba, berlomba-lombalah  menuju hidangan tersedia. Menu utama adalah kolak pisang dan bakwan goreng bumbu kacang. Nikmatnya mengalahkan caviar yang konon makanan sangat mahal.

Ramadhan itu dan segala kenangan tentangnya.

Suara merdu ibunda dan ayahanda membangunkan mesra. Terkadang terasa cipratan air ke muka. Untungnya bukan diberi bongkahan garam seperti Kasino Indro mengerjai Dono. Seakan masih di alam mimpi harus makan dini hari. Ayam goreng dan segala lauk pauk terhidang lengkap plus sambal goreng. Ah, selebrasi menyenangkan saat dini hari meski kantuk tak bisa diajak kompromi.

Selepas membantu mencuci piring waktu azan subuh tiba. Salat dan sedikit mengaji untuk formalitas agar tak kena amarah ayahanda. Hal yang paling dirindukan adalah kasur empuk. Kembali tidur setelah azan subuh adalah keniscayaan meski pak ustadz mewanti-wanti untuk tak terlelap setelah sahur dan subuh. Karena subuh itu istimewa. 

Hari berganti, limpahan lauk pauk itu mulai berkurang drastis hari demi hari. Menu digantikan makanan cepat saji, terkadang hanya sempat segelas air putih. Apatah sebabnya? Mungkin ibunda sudah kelelahan karena memikirkan kue lebaran apa yang harus dihidangkan.

Ah, Ramadhan itu dan segala kenangan tentangnya.

Di minggu pertama Ramadhan, menaruh mukena dan sajadah di masjid sebelum waktu isya adalah keharusan, agar salat tarawih mendapat posisi strategis. Terlebih jika dekat pilar masjid, bersandar kala lelah adalah menyenangkan. 

Sekolah-sekolah pulang lebih cepat. Senyum merekah murid-murid, memikirkan menu berbuka apa disiapkan Ibunda. Pesantren kilat jadi kewajiban. Berkumpul dengan teman-teman dan bertadarus. Gelap yang membahagiakan.

Menghabiskan waktu libur dengan membuat kue nastar di rumah sudah jadi tradisi di akhir Ramadhan. Dapur penuh tepung dan loyang-loyang bertumpuk-tumpuk. Wangi nastar ketika dipanggang adalah cobaan terbesar saat puasa. Belum lagi kastangel, kue putri salju dan segala jenis kue yang diolah saat Ramadhan. Inilah penyiksaan kepada indra penciuman ketika Ramadhan.

Ramadhan itu dan segala kenangan tentangnya

Konser saur dengan bedug bertalu-talu. Suara cempreng anak lelaki mengingatkan untuk bersiap sahur. Sahuur..sahuur..suaranya yang nyaring terdengar.  Atau pawai obor ketika menyambut Ramadhan. Anak-anak berkumpul memegang obor dipandu orang tua. Berkeliling kampung dan berlagak bak peragawati memamerkan busana. 

Ah, Ramadhan itu dan segala kenangan tentangnya. 
Tetap terpatri dalam diri kenangan manis masa kecil. Ramadhan itu, gelap yang membahagiakan, karena kita telah menempuh perjuangan. Ramadhan itu, perumpamaan keutamaan Yusuf diantara 11 saudaranya. Ramadhan itu, dan segala kenangan tentangnya, membahagiakan...Marhaban Ya Ramadhan...




Subscribe to receive free email updates:

8 Responses to "Ramadhan Itu dan Segala Kenangan Tentangnya"

  1. ah iya mba tak terasa marhaban ya Ramadhan masa kecil penuh kenangan bener bgt mba pengalamannya aku jg ngerasain sengaja pas wudhu kumur2 dan oops ketelen hahaha alhamdulilah kenangan tak terlupakan

    ReplyDelete
  2. Wih kepikiran ya minum air wudhu. Semoga puasa kali ini lancar, mbaa.Salam buat Arfa yang udah gede

    ReplyDelete
  3. Hahaha, been there, done that. Tp kalo aor wudhu ditelen ngga deh, dulu takut sakit perut, paling kumurnya sambil ndongak biar tenggorokan basah. Sama aja ya haha

    ReplyDelete
  4. Ramadhan itu emang yang paling ditunggu-tunggu yaaa...
    Kalo masih kecil dulu selalu antusias kalo iklan sirup di tv udah makin variatif. Yeaaay... Udah mau puasaaaa

    ReplyDelete
  5. yg bikin aku kangen ramadhan adalah suasana sholat maghrib berjamaah bersama orangtuaku dn 5 adikku di rumah trus lanjut sholat isya di masjid

    duhh, mau mewek jadinya

    ReplyDelete
  6. Ramadhan sebentar lagi, bulan penuh ampunan semoga menjadikan diri semakin istiqomah

    ReplyDelete
  7. Selalu mellow kalau mau masuk dan meninggalkan Ramadhan. Semoga kita bukan kaum merugi yang membiarkan ramadhan berlalu begitu saja.

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah memberi komentar di dunia lingga, semoga bermanfaat. Tabiik :)